Senin, 02 Maret 2015

Asuhan Kebidanan Keluarga Pada Keluarga Tn “M” Dengan Kehamilan Gemeli Dan Kurangnya Pengetahuan Pengelolaan Sampah Yang Benar Di Desa Mandirejo Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA
PADA KELUARGA TN “M” DENGAN KEHAMILAN GEMELI
DAN KURANGNYA PENGETAHUAN
PENGELOLAAN SAMPAH YANG BENAR
DI DESA MANDIREJO KECAMATAN MERAKURAK KABUPATEN TUBAN
TANGGAL 09-22 FEBRUARI 2015
Description: logo stikes new 08 warna





OLEH :
LIANATIL MUFIDA
NIM. 12.10.1.149.0693






SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDATUL ULAMA TUBAN
PRODI   D-III KEBIDANAN
Jl.P.DIPONEGORO No.17  TUBAN Telp (0356) 321287
TAHUN AJARAN 2014/2015



LEMBAR PENGESAHAN


            Asuhan Kebidanan Keluarga pada Keluarga Tn “M” dengan Kehamilan Gemeli dan Kurangnya Pengetahuan Pengelolaan Sampah Yang Benar telah disetujui dan dilaksanakan di Dusun Mendalan RT 01 RW 01 Desa Mandirejo Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban pada tanggal 22 Februari 2015.







Menyetujui


Pembimbing Akademik
STIKES NU TUBAN
Prodi D-3 Kebidanan




EVA SILVIANA R. SST., M.Kes
NIK. 45115005
Pembimbing Praktek Komunitas Terpadu





MASRUFAH, Amd. Keb
NIP. 19770403 200212 2 003










KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
            Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmad dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Keluarga pada Keluarga Tn “M” dengan Kehamilan Gemeli dan Kurangnya Pengetahuan Pengelolaan Sampah Yang Benar” Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pembuatan laporan dalam setiap periode praktek klinik terpadu yang telah ditetapkan.
Pada keesempatan ini, kami ucapkan terimakasih kepada :
  1. Bapak Miftahul Munir, SKM, M.Kes selaku Direktur STIKES Nahdlatul Ulama Tuban.
  2. Bapak Supriyono selaku kepala desa Mandirejo, Kecamatan Merakurak.
  3. Ibu Masrufah Amd.Keb, selaku bidan pembimbing praktek komunitas terpadu di Desa Mandirejo Kecamatan Merakurak.
  4. Ibu Eva Silviana R, SST.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik Praktek Komunitas Terpadu di Desa Mandirejo Kecamatan Merakurak.
  5. Ibu Sunanita, S.Kep., Ns. M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik Praktek Komunitas Terpadu di Desa Mandirejo Kecamatan Merakurak.
  6. Ibu Tri Yunita Damayanti Amd.Keb selaku Dosen Pembimbing Akademik Praktek Komunitas Terpadu di Desa Mandirejo Kecamatan Merakurak.
  7. Seluruh warga Desa Mandirejo, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan.
  8. Dan seluruh teman-teman yang membantu terselesainya Asuhan Kebidanan ini.
            Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu kami mohon kritik dan saran dari para pembaca sekalian demi kesempurnaan laporan kami selanjutnya.
            Demikian laporan kegiatan ini saya susun, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi mahasiswa STIKES NU Tuban khususnya. Amiin
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

                                                                        Tuban,  20 Februari 2015

Penulis 


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
                 Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, dimana antara satu dengan yang lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan, maka akan berpengarung terhadap anggota-anggota yang lain dan keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya (Effendi, 1998).
                 Perkembangan peradaban dan kebudayaan, terutama sejak IPTEK berkembang secara pesat, baik yang bersifat positif maupun negatif. kehidupan keluargapun banyak mengalami perubahan dan berada jauh dari nilai-nilai keluarga yang sesungguhnya. Dalam kondisi masa kini, yang ditandai dengan modernisasi dan globalisasi, banyak pihak yang menilai bahwa kondisi kehidupan masyarakat dewasa ini berakar dari kondisi kehidupan dalam keluarga (Setiawati, 2009).
                 Keluarga adalah bagian masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu dimulai dan dari keluarga akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari keluarga (Setiadi, 2008).
                 Sejak tiga dasa warsa terakhir peran Ibu dalam kehidupan keluarga mengalami kemajuan pesat. Dorongan utamanya adalah tuntutan ekonomi. Keluarga tidak bisa lagi mengandalkan para bapak untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara memadai. Untuk itu, para Ibu terpanggil untuk berperan, mengambil alih peran bapak yang tak mampu mencukupi. Sementara, posisi Ibu dalam rumah tangga juga mengalami perubahan, bahkan dengan cara drastis dan radikal. Wewenang dan wibawa para ibu menanjak dalam keluarga. Mereka turut memutuskan apa saja yang selama ini dipegang kaum bapak. Disamping itu, pergeseran dalam kemampuan intelektual, khususnya tingkat pendidikan kaum perempuan merupakan salah satu kunci perkembangan sekaligus masalah baru dalam keluarga. Emansipasi dalam kehidupan sosial juga turut menentukan hubungan harmonisasi antara bapak dan ibu serta anak-anak di rumah.
                 Dengan demikian, keluarga harus “dimanage” dengan cara yang lebih demokratis, bukan otoriter. Karena alasan atau reasoning tidak lagi dimonopoli oleh para bapak. Semua anggota keluarga mempunyai referensi yang hampir sama secara intelektual. Pemecahan masalah dalam rumah tangga, konkurensi wibawa, aset sosial ekonomi, seksual dan intelektual semacamnya tidak lagi bisa dipecahkan dengan cara- cara di masa lalu (Hnur, 2009).
      Sesuai dengan tujuan tersebut maka Mahasiswa STIKES NU Tuban prodi D-3 Kebidanan melaksanakan praktek komunitas terpadu yang merupakan proses pembelajaran dilapangan serta bentuk partisipasi langsung dalam masyarakat.

1.2  Tujuan
1.2.1        Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kebidanan Keluarga pada Keluarga Tn “M” dengan Kehamilan Gemeli dan Kurangnya Pengetahuan Pengelolaan Sampah Yang Benar secara menyeluruh.
1.2.2        Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu untuk :
1        Mengkaji data yang ada di keluarga
2        Menganalisa data atau menginterpretasikan data dasar
3        Merumuskan masalah yang terjadi
4        Menyusun prioritas masalah
5        Menyusun suatu proses manajemen kebidanan
6        Membuat suatu catatan perkembangan

1.3  Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu, kemampuan dan kesempatan maka, penyusun membatasi pada Asuhan Kebidanan Keluarga pada Keluarga Tn “M” dengan Kehamilan Gemeli dan Kurangnya Pengetahuan Pengelolaan Sampah Yang Benar dalam keluarga di Desa Mandirejo Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban.

1.4  Metode Penulisan
1.4.1        Studi Pustaka
Penyusun membekali diri dengan menggunakan literatur yang ada hubungannya dengan keadaan masyarakat dan cara penanggulangan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
1.4.2        Study Dokumenter
Untuk memperoleh data yang akurat, pengambilan data dapat diperoleh dari balai desa, dokumen dari wilayah kerja setempat dan pendekatan pada TOMA.
1.4.3        Praktek langsung
Suatu metode yang langsung kepada masyarakat untuk menerapkan teori yang ada yang khususnya kebidanan komunitas, dengan cara wawancara, pengamatan, pemfis, dan pendidikan kesehatan.
1.4.4        Bimbingan dan Konsultasi
Bimbingan yang didapatkan dari berbagai pihak dan melakukan konsultasi baik dengan pembimbing atau konsultasi BPS maupun yang ada di akademik.
1.5  Sistematika Penulisan
BAB I          :  Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, batasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan
BAB II         :  Tinjauan pustaka yang berisi konsep keluarga, konsep kehamilankonsep gemeli dan konsep asuhan kebidanan.
BAB III        :  Tinjauan kasus yang berisi pengumpulan data, analisa data
BAB IV       :  Penutup yang berisi kesimpulan dan saran 



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Konsep Keluarga
A.      Definisi Keluarga
            Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998, dikutip oleh Suprajitno, 2004).
B.  Tipe Keluarga
            Menurut Suprajitno (2004) secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1.      Keluarga Inti (Nuclear Family)
Diartikan keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2.      Keluarga Besar (Extended Family)
Diartikan sebagai keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualism, pengelompokkan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang menjadi:
1.    Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau kehilangan pasangannya. Keadaan ini di Indonesia juga menjadi tren karena adanya pengaruh gaya hidup barat yang pada zaman dahulu jarang sekali ditemukan sehingga orang yang telah bercerai atau ditinggal pasangannya cenderung hidup sendiri untuk menbesarkan anak-anaknya.
2.    Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
3.    Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)
4.    Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone). Kecenderungan di Indonesia juga meningkat dengan dalih tidak mau direpotkan oleh pasangan atau anaknya kelak jika telah menikah.
5.    Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital heterosexual cohabiting family). Biasanya dapat dijumpai pada daerah kumuh perkotaan (besar), tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah (kabupaten atau kota) meskipun usia pasangan tersebut telah tua demi anak-anaknya.
6.    Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family)
C.      Tahap Perkembangan Keluarga
            Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama. Menurut Friedman (1998) yang dikutip Leny (2010) tahapan perkembangan keluarga adalah:
1.    Pasangan Baru (Keluarga Baru).
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing. Tugas perkembangannya:
1)         Membina hubungan intim.
2)         Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.
3)         Mendiskusikan rencana memiliki anak.
2.    Keluarga Child-bearin (Kelahiran Anak Pertama).
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan. Tugas perkembangannya:
1)   Persiapan menjadi orang tua.
2)   Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan seksual dan kegiatan keluarga.
3)   Mempertahankan hubungan yang memeaskan pasangan.
3.    Keluarga dengan Anak Pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Tugas perkembangannya:
1)   Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
2)   Membantu anak untuk bersosialisasi.
3)   Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi.
4)   Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
5)   Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6)   Pembagian tanggung jawab keluarga.
7)   Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4.    Keluarga dengan Anak Sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Tugas perkembangannya:
1)   Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan yang lebih luas (yang tidak/kurang diperoleh dari sekolah atau masyarakat).
2)   Mempertahankan keintiman pasangan.
3)   Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
5.    Keluarga dengan Anak Remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan orang tuanya.
Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa. Tugas perkembangannya:
1)   Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.
2)   Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3)   Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4)   Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
6.    Keluarga dengan Anak Dewasa (Pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal dengan orang tua. Tugas perkembangannya:
1)   Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2)   Mempertahankan keintiman pasangan.
3)   Membantu orang tua, suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.
4)   Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5)   Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7.    Keluarga Usia Pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Tugas perkembangannya:
1)   Mempertahankan kesehatan.
2)   Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak.
3)   Meningkatkan keakraban pasangan.
8.    Keluarga Usia Lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. Tugas perkembangannya:
1)   Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2)   Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan.
3)   Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
4)   Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5)   Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
D.      Struktur Keluarga
Menurut Leny (2010) struktur keluarga yang ada di Indonesia diantaranya adalah:
1.    Patrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
2.    Matrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.
3.    Matrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
4.    Patrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5.    Keluarga Kawinan: hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
E.        Ciri-ciri Struktur Keluarga
Menurut Leny (2010) cirri-ciri struktur keluarga adalah:
1.    Terorganisasi: saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2.    Ada keterbatasan: setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3.    Ada perbedaan dan kekhususan: setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
F.       Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998) yang dikutip oleh Suprajitno (2004) adalah sebagai berikut:
1.    Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2.    Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan oeang lain di luar rumah.
3.    Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4.    Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5.    Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function), yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggoata keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di budang kesehatan.
Namun, dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi industrialisasi, fungsi keluarga dikembangkan menjadi:
1.    Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang prodiktif yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya keluarga.
2.    Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berada di sekitarnya.
3.    Fungsi pendidikan, yaitu keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan dewasanya.
4.     Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.
5.    Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kesehatan yang primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap penyakit yang mungkin dialami keluarga.
6.    Fungsi religious, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agam dan mengamalkan ajaran keagamaan.
7.    Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.
8.    Fungsi repoduksi, bukan hanya mengembangkan keturunan, tetapi juga merupakan tempat mengembangkan fingsi reproduksi secara universal (menyeluruh), diantaranya: seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks bagi anak, dan yang lain.
Fungsi afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan kebutuhan psokososial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah.

2.2    Konsep Dasar Kehamilan Normal
A.      Definisi
                Kehamilan normal adalah klien dalam keadaan sehat, tidak ada riwayat obstetric buruk dan ukuran uterus sama atau sesuai dengan usia kehamilan disertai dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium normal (Maternal dan Neonatal, Sarwono2002)
                        Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi oleh sperma dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm. (Guyton, 1997).
                        Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma (Kushartanti, 2004).
                        Masa kehamilan dimulai dengan konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari HPHT (Haid pertama haid terakhir).
B.       Pembagian Masalah Kehamilan
Kehamilan dibagi dalam 3 Triwulan yaitu :
1.    Triwulan Pertama (TM 1)
Dimulai dari konsepsi sampai umur kehamilan 3 bulan
2.    Triwulan kedua (TM 2)
Dari bulan ke 4 sampai 6 bulan
3.    Triwulan ketiga (TM 3)
Dari bulan ke 6 sampai dengan bulan ke 9
C.      Perubahan Fisik pada Ibu Hamil
1)   Uterus
Pembesaran uterus dipengaruhi oleh Estrogen dan Progesteron yang meningkat dari uterus yang mulanya beratnya 30 gram menjadi 1000 gram dengan ukuran panjang 32 cmlebar 24 cm dan ukuran muka belakang 22 cm.
2)   Servick Uteri
Jaringan ikat pada servick mengandung kolagen akibat dari kadar Estrogen yang meningkat dan adanya hipervaskularisasi membuat konsistensi servick vagina menjadi lunak
3)   Vagina
Pembuluh darah dinding vagina bertambah besar sehingga warna selaput lendirnya membiru (tanda chadwik ), kekenyalan (elastisitas) vagina bertambah, artinya daya diregangkan bertambah sebagai persiapan persalinan.
4)   Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat corpus luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta, pada kira-kira 16 minggu corpus luteum berdimeter kurang lebih 3 cm, kemudian mengecil setelah plasenta tertutup biasanya setelah bulan ke 4.
5)   Dinding perut
Pada primigravida sering dijumpai garis-garis memanjang atau sering pada dinding perut gari-garis tersebut disebut Striae gravidarum biasanya pada primigravida dan pada multigravida di sebut striae livide dan bias juga striae albican.
6)   Kulit
Adanya hiperpigmentasi pada areola mamae, papilla kadang juga pada muka. Pada umumnya setelah ipartu akan menghilang.
7)   Payudara
Buah dada biasanya akan membesar dan tegang akibat hormone Estrogen dan Pogesteron, somatropin namun belum mengeluarkan air susu.


D.      Keluhan yang sering dirasakan oleh ibu hamil.
                        Mengingat adanya perubahan secara fisiologis, ibu hamil akan ketidaknyamanan baik fisik maupun psikis, menurut kushartanti 2004 ketidaknyamanan fisik tersebut berupa keluhan – keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain :
1)   Mudah terengah – engah
Keluhan ini derasakan terutama dirasakan apabila uterus telah membesar sehingga mendesak sekat rongga dada dan mengganggu ekspensi paru. Keadaan inu diperberat oleh meningkatnya kebutuhan oksigen ibu hamil.
2)   Mudah lelah
Keluhan ini dipicu oleh meningkatnya kebutuhan aliran darah yang kurang dibandingkan dengan ketersediaan darah, volume darah ibu hamil meningkat sampai 30 – 50 % dan frekuensi denyut jantungnya meningkat hingga 20 %.
3)   Mual muntah
Keluhan ini disebabkan oleh adanya aktivitas hormone yang menurunkna peristaltic usus dan tertumpahnya asam lambung keujung atas lambung, penurunan peristaltic usus ini juga memperlambat proses pencernaan, dan mengakibatkan sembalit.
4)   Nyeri punggung dan pinggang
Keluhan ini disebabkan oleh adanya perubahan postur tubuh dimana bentuk tulang belakang melengkung kedepan, lengkungan ini disebabkan oleh membesarnya perut, disamping itu keluhan ini juga dipicu oleh adanya hormone relaktin yang mengendurkan persendian dipunggung bagian bawah dan panggul.
5)   Nyeri panggul
Keluhan ini disebabkan oleh semkain membesarnya uterus sehingga menekan panggul, keadaan ini semakin diperberat mengendurnya persendian dipanggul dan meregangnya otot – otot di panggul.
6)   Tidak bisa tidur
Keluhan ini terjadi biasanya pada akhir kehamilan, Karen apada saat itu terjadi penumpukan berbagai keluhan, keluhan tersebut misalnya susah bernafas dan nyeri punggung.




2.3    Konsep Dasar Gemeli
A.    Definisi
            Kehamilan kembar atau kehamilan multipel ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan multipel dapat berupa kehamilan ganda atau gemelli (2 janin), triplet ( 3 janin ), kuadruplet ( 4 janin ), quintiplet ( 5 janin ) dan seterusnya dengan frekuensi kejadian yang semakin jarang sesuai dengan hukum Hellin. Hukum Hellin menyatakan bahwa perbandingan antara kehamilan ganda dan tunggal adalah 1: 89, untuk triplet 1 : 892, untuk kuadruplet 1 : 893, dan seterusnya.
            Kemungkinan suatu kehamilan kembar dapat di ketahui sejak usia kehamilan 5 minggu dengan melihat sejumlah kantung gestasidi dalam kavum uteri. Diagnosis definitive kehamilan kembar baru boleh ditegakkan bila terlihat lebih dari satu mudigah yang menujukkan aktivitas denyut jantung. Morbiditas dan mortalitas mengalami peningkatan yang nyata pada kehamilan dengan janin ganda, oleh karena itu perlu dipertimbangkan kehamilan kembar sebagai kehamilan dengan komplikasi.
B.     Jenis Kehamilan Kembar
1.         Kembar Monozigotik.
Monozigotik atau identik muncul dari suatu ovum tunggal yang dibuahi yang kemudian membagi menjadi dua struktur yang sama, masing-masing dengan potensi untuk berkembang menjadi suatu individu yang terpisah. Karena berasal dari satu ovum, hamil kembar ini mempunyai ciri-ciri yaitu jenis kelamin sama, wajah mirip, golongan darah sama, cap tangan dan kaki sama.
2.         Kembar Dizigot.
Dizigotik atau fraternal yaitu kembar yang ditimbulkan dari dua ovum yang terpisah. Kembar dizigotik terjadi dua kali lebih sering daripada kembar monozigotik dan insidennya dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain yaitu ras, riwayat keluarga, usia maternal, paritas, nutrisi dan terapi infertilitas. Sebagian besar kehamilan kembar dizigotik mempunyai ciri-ciri yaitu jenis kelamin mungkin berbeda, golongan darah mungkin berbeda, cap kaki dan tangan tidak sama, dan dalam bentuk 2 plasenta, 2 chorion, dan 2 amnion.
C.    Etiologi
1.    Faktor Ras
Pada kawasan afrika frekuensi terjadinya kehamilan ganda sangat tinggi, Knox dan Morley (1960) dalam suatu survey pada salah satu masyarakat pedesaan di Nigeria mendapatkan bahwa kehamilan kembar terjadi sekali pada setiap 20 kelahiran, kehamilan pada orang timur tidak sering terjadi.
2.    Faktor Keturunan
Sebagai penentu kehamilan kembar genotip ibu jauh lebih penting dari genotip ayah. Wanita yang bukan kembar tapi mempunyai suami kembar dizigot, melahirkan bayi kembar dengan frekuensi 1 per 116 kehamilan.
3.    Faktor Umur dan Paritas
Untuk peningkatan usia sampai 40 tahun atau paritas 7, frekuensi kehamilan kembar akan meningkat. Kehamilan kembar dapat terjadi kurang dari 1 per 3 pada wanita 20 tahun tanpa riwayat kelahiran kembar, bila dibandingkan dengan wanita yang berusia diantara 35-40 tahun dengan 4 anak atau lebih.
4.    Faktor Nutrisi
Nylander (1971) mengatakan bahwa peningkatan kehamilan kembar berkaitan dengan status nutrisi yang direpleksikan dengan berat badan ibu yang lebih tinggi dan berbadan besar mempunyai resiko hamil kembar 25-30% dibandingkan dengan ibu yang lebih pendek dan berbadan kecil.
5.    Faktor Terapi Infertilitas
Induksi ovulasi dengan menggunakan FSH plus chorionik gonadotropin atau chlomiphene citrat menghasilkan ovulasi ganda. Faktor resiko untuk kehamilan ganda setelah ovarium distimulasi dengan hMG (therapy human menopause gonadotropin) berpengaruh terhadap peningkatan jumlah estradiol dan injeksi chorionic gonadotropin pada saat bersamaan akan berpengaruh terhadap karakteristik sperma, meningkatkan konsentrasi dan mortilitas sperma.
6.    Faktor Assited Reproductive Technology (ART)
Teknik ART didesain untuk meningkatkan kemungkinan kehamilan, dan juga meningkatkan kemungkinan kehamilan kembar. Pasien pada kasus ini, pembuahan dilakukan melalui tehnik fertilisasi in vitro dengan melakukan seleksi terhadap ovum yang benar-benar berkualitas baik, dan dua dari empat embrio yang ditransfer kedalam uterus.
D.    Patofisiologis
Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan seringkali terjadi putus prematurus. Lama kehamilan kembar dua rata-rata 260 hari, triplet 246 hari dan kuadruplet 235 hari. Berat lahir rata-rata kehamilan kembar ± 2500gram, triplet 1800gram, kuadriplet 1400gram. Penentuan zigositas janin dapat ditentukan dengan melihat plasenta dan selaput ketuban pada saat melahirkan. Bila terdapat satu amnion yang tidak dipisahkan dengan korion maka bayi tesebut adalah monozigotik. Bila selaput amnion dipisahkan oleh korion, maka janin tersebut bisa monozigotik tetapi lebih sering dizigotik.
            Pada kehamilan kembar dizigotik hampir selalu berjenis kelamin berbeda. Kembar dempet atau kembar siam terjadi bila hambatan pembelahan setelah diskus embrionik dan sakus amnion terbentuk, bagian tubuh yang dimiliki bersama dapat. Secara umum, derajat dari perubahan fisiologis maternal lebih besar pada kehamilan kembar dibanding dengan kehamilan tunggal. Pada trimester 1 sering mengalami nausea dan muntah yang melebihi yang dikarateristikan kehamilan-kehamilan tunggal. Perluasan volume darah maternal normal adalah 500 ml lebih besar pada kehamilan kembar, dan rata-rata kehilangan darah dengan persalinan vagina adalah 935 ml, atau hampir 500 ml lebih banyak dibanding dengan persalinan dari janin tunggal.
            Massa sel darah merah meningkat juga, namun secara proporsional lebih sedikit pada kehamilan-kehamilan kembar dua dibanding pada kehamilan tunggal, yang menimbulkan” anemia fisiologis” yang lebih nyata. Kadar haemoglobin kehamilan kembar dua rata-rata sebesar 10 g/dl dari 20 minggu ke depan. Sebagaimana diperbandingkan dengan kehamilan tunggal, cardiac output meningkat sebagai akibat dari peningkatan denyut jantung serta peningkatan stroke volume. Ukuran uterus yang lebih besar dengan janin banyak meningkatkan perubahan anatomis yang terjadi selama kehamilan. Uterus dan isinya dapat mencapai volume 10 L atau lebih dan berat lebih dari 20 pon. Khusus dengan kembar dua monozygot, dapat terjadi akumulasi yang cepat dari jumlah cairan amnionik yang nyata sekali berlebihan, yaitu hidramnion akut.
            Dalam keadaan ini mudah terjadi kompresi yang cukup besar serta pemindahan banyak visera abdominal selain juga paru dengan peninggian diaphragma. Ukuran dan berat dari uterus yang sangat besar dapat menghalangi keberadaan wanita untuk lebih sekedar duduk. Pada kehamilan kembar yang dengan komplikasi hidramnion, fungsi ginjal maternal dapat mengalami komplikasi yang serius, besar kemungkinannya sebagai akibat dari uropati obstruktif. Kadar kreatinin plasma serta urin output maternal dengan segera kembali ke normal setelah persalinan. Dalam kasus hidramnion berat, amniosintesis terapeutik dapat dilakukan untuk memberikan perbaikan bagi ibu dan diharapkan untuk memungkinkan kehamilan dilanjutkan.

E.     Diagnosis
1.    Anamnesa.
·      Pernah hamil kembar atau ada riwayat keturunan kembar.
·      Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil.
·      Uterus terasa lebih berat.
·      Riwayat terapi klomifen atau gonadotropin hipofise.
·      Penambahan berat badan ibu yang mencolok dan tidak ada oedem maupun obesitas.
2.    Inspeksi dan palpasi.
·      Pada pemeriksaan pertama dan ulangan ada kesan uterus lebih besar dan lebih cepat tumbuhnya dari biasa.
·      Banyak bagian kecil teraba.
·      Teraba 3 bagian besar janin.
·       Teraba 2 balotemen.
·      TFU > usia kehamilan perlu dicurigai
3.    Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang berbeda dengan perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut permenit atau lebih bila dihitung bersamaan terdapat selisih 10 sama jelasnya.
4.    VT
Kemungkinan teraba kepala dalam rongga panggul, di atas shympisis masih teraba bagian besar janin.
5.    Rontgen foto abdomen (bila perlu).
Tampak 2 kerangka janin, lebih jelas pada usia kehamilan > 7 bulan.
6.    Ultrasonografi.
Bila tampak 2 janin atau dua jantung yang berdenyut yang telah dapat dideteksi pada triwulan I sejak usia 6-7 minggu.
7.    Elektrokardiogram total
Terdapat gambaran dua EKG yang berbeda dari kedua janin
F.     Pengaruh Kehamilan Kembar
1.    Terhadap Ibu
·      Kebutuhan akan zat-zat bertambah sehingga dapat menyebabkan anemia dan defisiensi zat-zat lainnya.
·      Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar.
·      Frekuensi pre-eklamsi eklamsi lebih sering.
·      Karena uterus yang besar ibu mengeluh sesak napas, sering miksi, serta terjadi edema dan varises pada tungkai dan vulva.
·      Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan post partum, dan solusio plasenta setelah anak pertama lahir.
2.    Terhadap Janin
·      Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada kehamilan kembar yaitu 25% pada gemeli, 50% pada triplet, 75% pada quadruplet akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan. Jadi kemungkinan terjadinya beyi premature akan tinggi.
·      Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka angka kematian bayi kedua tinggi.
·      Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi angka kematian janin.

2.4    Konsep Dasar Pengelolaan Sampah
A.    Definisi Sampah
            Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau dibuang (Hendargo, 1994). Definisi lain dikemukakan oleh Hadiwiyono (1983), sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan baik telah diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak bermanfaat, dari segi ekonomi sudah tidak ada harganya serta dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian alam.
            Menurut Suprihatin, A., D. Prihanto dan M. Gelbert. (1996), sampah dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1.    Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang mudah diuraikan dalam proses salami. Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atu dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain.
2.    Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari sumber daya yang tidak diperbaharui. Secara keseluruhan zat anorganik yang ada tidak dapat diuraikan oleh alam. Jenis sampah ini dapat berupa botol kaca, botol plastik, kaleng, kayu, tulang, dan kertas (kayu, tulang kertas diuraikan dalam jangka waktu relatif lama karena pada dasarnya kayu, tulang, kertas merupakan sampah organik tapi cara penanganannya sama seperti sampah anorganik). Pada setiap kegiatan yang menggunakan sumberdaya, sampah selalu dihasilkan. Sampah terkumpul didalam lingkungan dan sangat tergantung pada kemampuan lingkungan untuk menghasilkannya, jumlah sampah akan semakin bertambah dan tidak sepenuhnya dapat diserap oleh lingkungan.
                        Menurut Hadiwiyoto (1983), ditinjau dari segi keseimbangan lingkungan, kesehatan, keamanan dan pencemaran, sampah dapat menimbulkan gangguan sebagai berikut tumpukan sampah dapat menimbulkan kondisi fisik dan kimia yang tidak sesuai dengan lingkungan yang normal, biasanya dapat menyebabkan kenaikan suhu dan perubahan pH tanah.
                        Keadaan ini dapat mengganggu kehidupan sekitarnya. Sampah dapat menimbulakan pencemaran udara karena selama proses pembusukan menghasilkan gas-gas beracun, bau tak sedap, daerah becek, dan lumpur terutama pada musim penghujan. Akan terjadi kekurangan O2 di tempat pembuangan 14 sampah, keadaan ini disebabkan karena selama proses perombakan sampah menjadi senyawa sederhana diperlukan O2 yang diambil di udara sekitarnya sehingga mengganggu kehidupan flora dan fauna sekitar. Tumpukan sampah menjadi media berkembang biaknya hewan pembawa penyakit terutama lalat, serangga, tikus dan anjing. Secara estetika sampah dapat digolongkan sebagai bahan yang dapat mengganggu pemandangan dan keindahan lingkungan.
B.     Penggolongan Sampah
            Menurut Syamsuddin (1985) sampah dapat digolongkan menjadi beberapa golongan. Adapun penggolongan yang dimaksud adalah penggolongan sampah beradasarkan asalnya (sampah dari hasil kegiatan rumah tangga, sampah dari kegiatan industri/pabrik, sampah dari kegiatan perdagangan, sampah dari hasil pembangunan, sampah jalan raya), sampah berdasarkan komposisinya (sampah yang seragam, berasal dari kertas, kertas karbon dan sampah yang tidak seragam berasal dari tempat-tempat umum), penggolongan sampah berdasarakan bentuknya (sampah padat, sampah cair dan sampah gas), penggolongan sampah berdasrkan lokasi (sampah kota dan sampah luar kota), penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya (sampah alami dan sampah non alami), penggolongan sampah berdasarkan sifatnya (organik dan anorganik), berdasarkan jenisnya (sampah makanan, sampah kebun/pekarangan, sampah kertas, sampah plastik, karet, kulit, kain, kayu, logam, gelas keramik, abu dan debu).
C.    Pengelolaan Sampah
            Pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan semua faktor dan sumber daya, yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu tujuan kerja yang tertentu (Prajudi, 1980). Dari limbah yang dihasilkan dapat dilakukan penanganan dengan beberapa kemungkinan yaitu didaur ulang menjadi bahan baku pada suatu proses produksi (kertas, karton, plastik, logam, botol dan sebagainya), diolah menjadi kompos (umumnya dari jenis sampah organik), ditumpuk di tempat pembuangan sampah akhir.
            Rencana pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan sumber sampah, lokasi, pergerakan/peredaran, dan interaksi peredaran sampah dalam suatu lingkungan wilayah. Penanganan sampah yang tepat, selain dapat menjadi jalan keluar dari masalah keterbatasan lahan untuk penumpukan/pembuangan sampah, juga dapat memberikan manfaat atau nilai ekonomis. Menurut Hadiwiyoto (1983), penanganan sampah dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:
1.    Pengumpulan Sampah
Sampah yang akan dibuang atau dimanfaatkan harus dikumpulkan terlebih dahulu dari berbagai tempat asalnya. Pengumpulan sampah dilakukan dengan  sampah dari bak sampah milik masyarakat, kemudian dengan menggunakan kendaraan-kendaraan pengangkut sampah dipindahkan ke lokasi pembuangan akhir.
2.    Pemisahan
Pemisahan adalah memisahkan jenis-jenis sampah baik berdasarkan sifatnya, maupun berdasarkan jenis dan keperluannya.
3.    Pembakaran (insinerasi)
Pembakaran dilakukan pada suatu instalasi pembakaran, karena dapat diatur prosesnya sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar.
4.    Pembuangan (penimbunan) Sampah
Pembuangan (penimbunan) sampah adalah menempatkan sampah pada suatu tempat yang rendah kemudian menimbunnya dengan tanah.
            Menurut Ismawati (2001) penanganan sampah dengan cara pembakaran mengakibatkan kerugian-kerugian antara lain membangkitkan pencemaran, mengancam kesehatan masyarakat memberi beban finansial yang cukup berat bagi masyarakat yang berada disekitar lokasi insinerator, menguras sumber daya financial masyarakat setempat, memboroskan energi dan sumberdaya material, mengganggu pembangunan ekonomi setempat, meremehkan upaya minimisasi sampah dan pendekatan-pendekatan rasional dalam pengelolaan sampah, memiliki pengalaman operasional bermasalah di negara-negara industri, seringkali melepaskan polusi ke udara yang melebihi standar/baku mutu, menghasilkan abu yang beracun dan berbahaya, dan dapat terancam bangkrut apabila jumlah kapasitas sampah yang disetorkan kurang dari perkiraan awal.
D.    Pemanfaatan Sampah
            Berbagai jenis sampah padat seperti kertas, bahan organik, tekstil, gelas, logam dan karet dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. Sebelum dimanfaatkan lebih lanjut rata-rata sampah tersebut harus mengalami penghancuran kemudian pengeringan (kertas, kain, karet dan lain-lain). Pemanfaatan sampah dapat dilihat pada Tabel 2.2
2.5    Konsep Dasar Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah metode kerja profesi dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan sehingga merupakan alur dan pengorganisasian, pemikiran dan langkah-langkah dalam suatu urutan yang logos yang menggantungkan baik pasien maupun bidan. Langkah-langkah manajemen kebidanan sebagai berikut :
A.  Pengumpulan Data
Suatu tahap ketika seorang bidan mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. Kegiatan yang dilakukan adalah :
1.    Membina hubungan yang baik
2.    Pengkajian awal terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan
3.    Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal, disini bidan perlu mengungkap keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar.
Data yang perlu diperoleh dari pengkajian
a.    Berkaitan dengan keluarga
·      Data demografi dan sosiokultural
·      Data lingkungan,
·      Struktur dan fungsi keluarga
·      Stres dan kopping keluarga
·      Perkembangan keluarga
b.    Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga
·      Fisik
·      Mental
·      Emosi
·      Sosial spiritual          

B.   Interpretasi Data Dasar
Kegiatan ini tidak berbeda dengan analisis dan sitesi pada asuhan keperawatan klinik, bidan mengelompokkan data hasil pengkajian dalam data subyektif dan obyektif setiap kelompok didiagnosa keperawatan.
C.   Perumusan Masalah
Perumusan masalah dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau keluarga komponn diagnosis meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi), dan atau Tanda (sign)
D.  Susunan Prioritas Masalah
Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mempunyai skor terendah. Namun bidan perlu memperhatikan juga persepsi keluarga terhadap masalah keperawatan mana yang perlu diatasi segera
E.   Proses Manajemen Kebidanan
Terdiri dari 4 langkah, yaitu :
1)   Diagnosa     : Berasal dari data dasar interpretasi data dan data tersebut menjadi masalah atau diagnosa yang di identifikasi secara spesifik
2)   Intervensi    : Mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan dengan standart yang mengacu pada penyebab selanjutnya, merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standart
3)   Implementsi: Pada kegiatan ini bidan perlu melakukan kontak sebelumnya untuk pelaksanaan yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi/topik yang didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapat informasi, peralatan yang perlu disiapkan keluarga. Selanjutnya implementasi sesuai dengan rencana.
4)   Evaluasi      : Merupakan kegiatan yang membandingkan antara  hasil implementasi dengan kriteria dan standart yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Evaluasi disusun menggunakan SOAP
F.    Catatan Perkembangan
Berisi diagnosa baru dan catatan perkembangan disusun menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian sebagai berikut:
S (Subyektif)       Adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan oleh keluarga
O (Obyektif)        Adalah        keadaan obyektif dapat diidentifikasi            dengan menggunakan pengamatan
A (Assesment)     Adalah analisis bidan dibandingkan dengan criteria dan standart yang mengacu pada tujuan rencana
P (Planning)         Adalah perencanaan selanjutnya setelah dilakukan analisa


BAB 3
TINJAUAN KASUS

A.      Pengkajian
Anamnesa tanggal: 18 Februari 2015                  Oleh: Lianatil Mufida
1.         Data Subyektif
1)        Data Umum
Kecamatan                               :   Merakurak                   Nama                    :  Tn “M”
Kelurahan                                 :   Merakurak                   Umur                     :  45 Tahun
RT                                              :   01                                  Pendidikan           :  SD
RW                                            :   01                                  Agama                  :  Islam
Kep. Keluarga                         :   Laki-Laki                     Pekerjaan              : Swasta
Alamat                                      :   Ds Mandirejo              Penghasilan          :  1-1,5 juta/ bln
                                                        Kec Merakurak          Keadaan               :  sehat

Susunan anggota keluarga
Nama
Sex
Umur
Hub. Dg
Keluarga
Pendidikan
/Pekerjaan
Kead.
Kesehatan
No. KIA/
KB
Lilik
Hakim
Munawaroh
Lasminto
P
L
P
L
43
23
22
23
Istri
Anak
Anak
Menantu
SD/IRT
SD/Swasta
SMA/IRT
SMA/Wiraswasta
Sehat
Sehat
Hamil
Sehat


Genogram keluarga dan keterangan







Keterangan :
                   :  laki-laki                                            : anak kandung
                  
                   :  perempuan                                       : tinggal dlm satu rumah
                  
                   :  menikah

2)        Data Khusus
a.    Imunisasi
Tidak dikaji
b.    Apabila ada anggota keluarga yang sakit berobat ke :
Ibu mengatakan jika ada anggota keluarganya yang sakit selalu dibawa ke bidan desa atau puskesmas.
c.    Jenis penyakit yang sering diderita keluarga
Ibu mengatakan penyakit yang sering diderita oleh anggota keluarga adalah diare, batuk, panas, flu. Didalam anggota keluarga tidak ada penyakit yang menurun dan menular.
d.   Pemeriksaan kehamilan
Sampai usia kehamilan 6 bulan, ibu memeriksakan kehamilannya 5 kali.
e.    Pertolongan persalinan
Ibu berencana untuk melahirkan di rumah sakit.
f.     Kebiasaan menyapih umur
Tidak dikaji
g.    Pemberian makanan tambahan sejak usia
Tidak dikaji
h.    Tanggapan terhadap KB
Tanggapan ibu tentang KB direspon dengan baik oleh ibu dan keluarganya.
i.      Pola hidup
      Makan
Makan nasi dengan porsi sedang dengan lauk, pauk, sayur yang biasanya mengambil dipekarangan dekat rumahnya dan minum air putih dari sumur kemudian dimasak.
      Aktivitas
Sehari-hari ibu beraktivitas di rumah seperti menyapu, memasak, dll.
      Rekreasi
Jalan-jalan dirumah tetangga terdekat.
j.      Adat kebiasaanselamatan
Mitoni saat usia kehamilan 7 bulanan dan pada saat tali pusar anak lepas.

k.    Penggunaan waktu senggang
Penggunaan waktu senggang dilakukan dengan menonton TV dan berkumpul dengan keluarga yang lainnya.
l.      Situasi sosial dan ekonomi
Penghasilan keluarga + Rp. 1 juta-1,5 juta, penghasilan yang ada hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari.

2.         Data Obyektif
a.    Rumah
Luas                     : ± 45 m2 (L = 5 m, p = 9 m)
Jenis rumah          : tersendiri
Letak                    : di tengah-tengah penduduk
Dinding                : tembok
Lantai                   : lantai ubin dan semen (plester).
Cahaya                 : cukup
Jalan angin           : cukup
Jendela                 : ada
Jumlah ruangan    : 4 kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, 1 ruang                                       makan, 1 dapur, 1 kamar mandi dan WC.
b.    Air minum
Asal                      : Air sumur dan Air mineral
Nilai air                : bersih
c.    Pembuangan sampah
Dibuang di tempat sampah dan dibakar.
d.   Jamban dan kamar mandi
Mempunyai jamban, BAB dan mandi di kamar mandi.
e.    Pekarangan dan selokan  
Pengaturan                       : teratur
Kebersihan                       : cukup
Air limbah                        : tidak
Peralatan pekarangan       : sabit, cangkul
f.     Kandang ternak
Ada




g.    Denah rumah




 




Keterangan:
1     : Ruang Tamu                           K I         : Kamar
2     : Ruang Keluarga                      K II       : Kamar
3     : Ruang Makan                         K III      : Kamar
4     : Dapur                                      K IV      : Kamar
5     : Kamar Mandi                         
6     : WC                                        

B.       Interpretasi Data
Diagnosa I  Kehamilan Gemeli
Data Dasar :
      Ibu mengatakan saat dilakukan pemeriksaan USG, hasilnya terlihat 2 janin.
      Penambahan berat badan ibu yang mencolok.
      Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu.
Diagnosa II   : Kurangnya pengetahuan pengelolaan sampah yang benar
Data Dasar :
      Keterbatasan lahan untuk membuang sampah
      Kurangnya pengetahuan pengelolaan sampah
C.      Perumusan Masalah
      Diagnosa I  
Kehamilan Gemeli
Potensial terjadinya abortus, oligohidramnion, hipertensi, perdarahan antepartum.
      Dianosa II  
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengolahan sampah yang benar


D.      Susunan Prioritas Masalah
Skoring
No
Keterangan
Skor
Bobot
1
Sifat masalah
Skala :   tidak / kurang sehat
              Ancaman kesehatan
              Keadaan sejahtera

3
2
1
1
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala :   Mudah
              Sebagian
              Tidak

2
1
0
2
3
Potensial masalah untuk dicegah
Skala :   Tinggi
              Cukup           
              Rendah

3
2
1
1
4
Menonjolnya masalah
Skala :   Masalah berat harus segera ditangani
              Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani
              Masalah tidak dirasakan

2
1
0
1
Diagnosa I : Kehamilan Gemeli
No
Keterangan
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1
Sifat masalah
Skala : Ancaman kesehatan
2/3x1
2/3
Ancaman terhadap keadaan ibu yang dapat mengakibatkan komplikasi
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala :   Tidak

0/2x2
0
Masalah tidak dapat diubah sebab gemeli sudah diketahui sejak awal
3
Potensial masalah untuk dicegah
Skala : Rendah
1/3x1
1/3
Masalah tidak dapat dicegah, karena kehamilan gemeli tidak dapat diatasi dengan pendidikan kesehatan maupun implementasi kesehatan.
4
Menonjolnya masalah
Skala :   Masalah berat harus segera ditangani
2/2x1
1
Jika ada masalah komplikasi pada kehamilan gemeli perlu dilakukan penanganan dengan segera.

Total skala

2

Diagnosa II : Kurangnya pengetahuan pengelolaan sampah yang benar
No
Keterangan
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1
Sifat masalah
Skala :   Tidak/kurang sehat
3/3x1
1
Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan berpotensi membangkitan pencemaran dan mengancam kesehatan masyarakat 
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala :   hanya sebagian
1/2x2
1
Masalah sebenarnya dapat diubah, tetapi secara bertahap jika keluarga dan masyarakat mendapat pendidikan kesehatan lingkungan serta penyediaan lahan dan petugas khusus untuk mengelola sampah di desa setempat.
3
Potensial masalah untuk dicegah
Skala :   Cukup           
2/3x1

2/3
Masalah ini dapat dicegah bila ada kemauan dari keluarga dan masyarakat untuk memahami pengelolaan sampah yang benar.
4
Menonjolnya masalah
Skala :   Masalah tidak dirasakan
0/2x1
0
Keluarga merasa keadaan tersebut telah berlangsung lama dan biasa saja, karena sudah menjadi kebiasaan.

Total skala

2 2/3


Urutan Prioritas Masalah
Berdasarkan analisa priorita masalah menggunakan rumus di atas, maka dapat disismpulkan urutan prioritas masalah sebagai berikut :
1.  Kurangnya pengetahuan pengelolaan sampah yang benar
2. Kehamilan Gemeli
E.       Proses Manajemen Kebidanan
Tanggal    : 18 Februari 2015
Diagnosa : Kurangnya pengetahuan pengelolaan sampah yang benar
Tujuan / kriteria hasil
a. Jangka pendek     :    keluarga dapat mengerti kerugian yang disebabkan oleh pengelolaan sampah yang tidak benar sehingga meningkatkan pengetahuan pengelolaan sampah yang benar.
b. Jangka panjang    :   keluarga melaksanakan pengelolaan sampah yang                                                     benar
Intervensi
No.
Intervensi
Rasional
1.
Lakukan pendekatan dengan keluarga

Keluarga dapat kooperatif dan dapat melaksanakan motivasi dari petugas
2.

Jelaskan kepada keluarga pengaruh pengelolaan  sampah terhadap masyarakat dan lingkungan.


Mengetahui pentingnya pengelolaan sampah yang benar
3.
Berikan penyuluhan tentang pengelolaan sampah :
  • Penggolongan sampah
  • Cara pengelolaan sampah yang benar
  • Masalah-masalah yang dapat timbul akibat dari tidak baiknya sistem pengelolaan sampah
Memudahkan kerjasama dalam memberikan pendidikan kesehatan lingkungan
4.
Kerjasama dengan tokoh masyarakat untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya pengelolaan sampah serta dalam pemantauannya.
Mempermudah pemantauan





Implementasi
Tgl/Jam
Kegiatan
TTD
18-02-2015
Jam: 14.00 WIB











18-02-2015
Jam : 14.10 WIB

-          Melakukan pendekatan dengan keluarga melalui tokoh masyarakat dengan memperkenalkan diri dan bersikap ramah.
-          Menjelaskan kepada keluarga pengaruh pengelolaan sampah terhadap masyarakat dan lingkungan.
Dalam pengelolaannya, sampah terkadang membawa pengaruh positif dan negatif bagi masyarakat disekitarnya.
Pengaruh positif
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh positif terhadap masyarakat dan lingkungannya seperti berikut :
a.      Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk dengan sistem kompos.
b.      Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat.
Pengaruh negatif
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat, seperti berikut :
a.      Sampah dapat menimbulkan berkembangnya berbagai macam penyakit
b.      Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata
c.      Dapat mengakibatkan banjir pada saat musim penghujan

-          Memberikan penyuluhan kepada ibu tentang :
·         Penggolongan sampah ada dua yaitu :
1. sampah organik
Sampah organik adalah sampah yang mudah diuraikan dalam proses salami. Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atu dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain.
2. sampah anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari sumber daya yang tidak diperbaharui. Secara keseluruhan zat anorganik yang ada tidak dapat diuraikan oleh alam. Jenis sampah ini dapat berupa botol kaca, botol plastik, kaleng, kayu, tulang, dan kertas (kayu, tulang kertas diuraikan dalam jangka waktu relatif lama karena pada dasarnya kayu, tulang, kertas merupakan sampah organik tapi cara penanganannya sama seperti sampah anorganik).
·         Cara pengelolaan sampah
1. pengumpulan sampah
2. pemisahan
3. pembakaran
4. pembuangan
·         Penanganan sampah dengan cara pembakaran dapat mengakibatkan kerugian-kerugian antara lain:
Membangkitkan pencemaran, mengancam kesehatan masyarakat memberi beban finansial yang cukup berat bagi masyarakat yang berada disekitar lokasi insinerator, menguras sumber daya financial masyarakat setempat, memboroskan energi dan sumberdaya material, mengganggu pembangunan ekonomi setempat, meremehkan upaya minimisasi sampah dan pendekatan-pendekatan rasional dalam pengelolaan sampah, memiliki pengalaman operasional bermasalah di negara-negara industri, seringkali melepaskan polusi ke udara yang melebihi standar/baku mutu, menghasilkan abu yang beracun dan berbahaya, dan dapat terancam bangkrut apabila jumlah kapasitas sampah yang disetorkan kurang dari perkiraan awal.
-          Bekerjasama dengan tokoh masyarakat untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya pengelolaan sampah serta dalam pemantauannya.


Evaluasi
Tanggal : 18 Februari 2015                                  Jam : 15.00 WIB
S       :    Ibu mengatakan bahwa telah mengerti dengan penjelasan yang           disampaikan oleh petugas kesehatan
O       :    ibu dapat mengulang apa yang telah disampaikan oleh petugas dan    dapat mejawab pertanyaan dari petugas.
A       :    kurangnya pengetahuan pengelolaan sampah yang benar
P       :    kerjasama dengan tokoh masyarakat setempat untuk melakukan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan.

Tanggal : 18 Februari 2015
Diagnosa II : Kehamilan Gemeli
Tujuan/ Kriteria hasil :
a.       Jangka pendek                        : keluarga mengerti keadaan ibu dan sering memeriksakan kehamilannya untuk memantau perkembangan janin.
b.      Jangka panjang            : Tidak ada komplikasi kehamilan

No
Intervensi
Rasional
1
Lakukan pendekatan dengan keluarga

Keluarga dapat kooperatif dan dapat melaksanakan motivasi dari petugas
2.
Berikan penyuluhan tentang :
  • Pengertian kehamilan gemeli
  • Pengaruh terhadap ibu dan janin
  • Komplikasi
Memudahkan kerjasama dalam memberikan asuhan kebidanan dan pendidikan kesehatan lingkungan

3.



Lakukan kunjungan ulang
Kerjasama dengan keluarga tentang dukungan dan pemantauan terhadap ibu
Untuk mengetahui perkembangan keluarga        
4.
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan terdekat.
Untuk memberikan terapi lebih lanjut
Implementasi
Tgl/Jam
Kegiatan
TTD
18-02-2015
Jam: 14.00 WIB



































-          Melakukan pendekatan dengan keluarga melalui bidan dan pada ibu-ibu yang mempunyai bayi dan balita dengan memperkenalkan diri dan bersikap ramah.
-          Memberikan penyuluhan kepada ibu tentang Gemeli :
·      Pengertian Gemeli adalah kehamilan kembar atau kehamilan multipel ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih.
·      Pengaruh terhadap ibu dan janin
Pada Ibu
      Kebutuhan akan zat-zat bertambah sehingga dapat menyebabkan anemia dan defisiensi zat-zat lainnya.
      Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar.
      Frekuensi pre-eklamsi eklamsi lebih sering.
      Karena uterus yang besar ibu mengeluh sesak napas, sering miksi, serta terjadi edema dan varises pada tungkai dan vulva.
      Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan post partum, dan solusio plasenta setelah anak pertama lahir.
Pada Janin
      Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada kehamilan kembar yaitu 25% pada gemeli, 50% pada triplet, 75% pada quadruplet akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan. Jadi kemungkinan terjadinya beyi premature akan tinggi.
      Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka angka kematian bayi kedua tinggi.
·      Komplikasi
Pada ibu
      Resiko terjadinya abortus meningkat.
      Anemia ibu hamil karena kebutuhan nutrisi meningkat.
      Frekuensi terjadinya hipertensi kehamilan, preeklamsia, dan eklamsia meningkat.
      Perdarahan antepartum karena solutio plasenta meningkat.
Pada Janin
      Persalinan pre term
      Hidramnion
      Malpresentasi
      Ketuban pecah dini
      Pertumbuhan janin terhambat
-          Melakukan kunjungan ulang
Bekerjasama dengan keluarga tentang dukungan dan pemantauan terhadap ibu.
-          Melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan terdekat.


Evaluasi
Tanggal : 18 Februari 2015                                  Jam : 15.00 WIB                    
S       :    Ibu mengatakan bahwa telah mengerti sengan penjelasan yang disampaikan oleh petugas kesehatan
O       :    ibu dapat mengulang apa yang telah disampaikan oleh petugas dan dapat mejawab pertanyaan dari petugas.
A       :    Kehamilan Gemeli
P       :    kerjasama dengan bidan dan kader setempat untuk memberikan terapi yang tepat

F.       Catatan Perkembangan
Diagnosa I : Kurangnya pengetahuan pengelolaan sampah yang benar
No.
Kegiatan
TTD
1
Tanggal 19 Februari 2015
S  : Ibu mengatakan sudah cukup mengerti tentang pentingnya pengelolaan sampah yang benar.
O  Ibu dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh petugas yang berhubungan pengelolaan sampah.
A kurangnya pengetahuan pengelolaan sampah.
P : Kerjasama dengan tokoh masyarakat untuk memberikan pendidikan kesehatan lingkungan.

2
Tanggal 20 Februari 2015
S : Ibu mengatakan sudah faham, mengerti dan akan melakukan apa yang dijelaskan oleh tenaga kesehatan
O : Keluarga mengikuti penyuluhan dengan baik
A: kurangnya pengetahuan pengelolaan sampah yang benar.
P : Kerjasama dengan Tokoh masyarakat untuk mengelola sampah yang benar.

3
Tanggal 21 Februari 2015
S : Ibu mengerti dan sudah faham dengan semua penjelasan petugas kesehatan.
 : Keluarga berkeinginan untuk melakukan pengelolaan sampah yang benar
A kurangnya pengetahuan pengelolaan sampah yang benar
P : Kerjasama dengan tokoh masyarakat untuk memberikan motivasi pentingnya pengelolaan sampah yang benar.


Diagnosa II : Kehamilan Gemeli
No.
Kegiatan
TTD
1
Tanggal 19 Februari 2015
S  : Ibu mengatakan sudah cukup mengerti tentang penjelasan bidan
O  Ibu dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh petugas tentang hal yang telah dijelaskan.
A  Kehamilan Gemeli
P : Kerjasama dengan bidan dan kader setempat untuk memberikan terapi yang tepat

2
Tanggal 14 Februari 2015
S : Ibu mengatakan sudah faham, mengerti dan akan melakukan apa yang dijelaskan oleh tenaga kesehatan
O : Keluarga mengikuti penyuluhan dengan baik
A  Kehamilan Gemeli
P : Kerjasama dengan bidan dan kader setempat untuk memberikan terapi yang tepat

3
Tanggal 15 Februari 2015
S : Ibu mengerti dan sudah faham dengan semua penjelasan petugas kesehatan.
 : Keluarga dapat mengikuti penyuluhan dengan baik
A  Kehamilan Gemeli
P : Kerjasama dengan bidan dan kader setempat untuk memberikan terapi yang tepat



 BAB 4
PENUTUP

4.1    Kesimpulan
Keluarga merupakan pusat pelayanan secara total karena jika salah satu anggota keluarga mengalami gangguan maka akan menganggu seluruh sistem yang ada pada keluarga tersebut, salah satu fungsi kebidanan komunitas adalah melakukan pelayanan yaitu dengan memberikan asuhan kebidanan pada keluarga, yang dilaksanakan di desa Mandirejo Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban pada tanggal 09 Februari sampai 22 Februari 2015.
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada keluarga Tn. “M” dan didapatkan masalah kesehatan yaitu kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan sampah dan kehamilan gemeli. Sehingga penulis melakukan asuhan kebidanan pada keluarga Tn”M” yaitu penyuluhan tentang kehamilan gemeli dan pengelolaan sampah yang benar.
Penggolongan sampah ada 2, yaitu sampah organik dan anorganik. Dan penanganan sampah dilakukan dengan beberapa tahap yaitu: Pengumpulan Sampah, Pemisahan, Pembakaran (insinerasi), Pembuangan (penimbunan) Sampah. Keluarga sebagai unit terkecil dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang hebat. Hal ini tidak akan terwujud apabila pasangan suami istri tidak melakukan perencanaan dalam kehidupan rumah tangganya. Banyak hal yang harus dipersiapkan, salah satunya rencana untuk memiliki keturunan.

4.2    Saran
4.2.1        Bagi Mahasiswa
Mahasiswa memperoleh pengalaman dalam memecahkan masalah kesehatan yang ada dalam keluarga terutama masalah kesehatan yang ada dalam masyarakat setempat.
4.2.2        Bagi Keluarga
Memperoleh bantuan tenaga dan pikiran dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi di tempat praktek kerja lapangan.
4.2.3        Bagi Institusi
Dapat menambah kapasitas buku di perpustakaan STIKES NU Tuban



DAFTAR PUSTAKA

Effendy, NAsrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono.2005. Ilmu Kebidanan

1 komentar: