TUGAS
DISTOSIA KELAINAN JALAN LAHIR

Dosen Pembimbing :
Muntari SKM
Di Susun oleh :
1.
Lianatil Mufida
2.
Restyana Dewi
3.
Titin Indraningsih
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
PRODI D-III
KEBIDANAN
Jl. P. Diponegoro No. 17 Telp. (0356) 3212
Tahun Ajaran 2013/2014
DISTOSIA
KELAINAN JALAN LAHIR
Persalinan normal
suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi
penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor P, yaitu kekuatan ibu
(power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger). Faktor
lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu ), penolong saat bersalin, dan posisi
ibu saat persalinan. Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara
faktor-faktor “P” tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung.
Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan
atau gangguan pada jalannya persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan
ini disebut distosia.
Salah satu penyebab dari
distosia adalah kelainan jalan lahir keras seperti penyempitan bidang atas
panggul, penyempitan bidang tengah panggul, dan penyempitan bidang bawah
panggul. Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan
penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin.
Distosia adalah
kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia karena kelainan
jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada jaringan keras / tulang
panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.
A. Macam – Macam Distosia Jalan
Lahir
- Kesempitan Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dianggap
sempit kalau konjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau diameter transversa
kurang dari 12 cm. Kesempitan pada konjugata vera umumnya lebih
menguntungkan daripada kesempitan pada semua ukuran (panggul sempit
seluruhnya). Oleh karena pada panggul sempit kemungkinan lebih besar bahwa
kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini serviks uteri
kurang mengalami tekanan kepala. Hal ini dapat mengakibatkan inersia uteriserta
lambannnya pendataran dan pembukaan serviks. Apabila pada panggul sempit pintu
atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa
pecah pada pembukaan kecil dan ada bahaya pula terjadinya prolapsus funikuli.
Perkiraan Diameter AP – Pintu Atas Panggul dilakukan melalui pengukuran
Conjugata Diagonalis secara manual (VT) dan kemudian dikurangi 1.5 cm, sehingga
kesempitan pintu atas panggul sering ditegakkan bila ukuran Conjugata Diagonalis <10
Perlu diingat bahwa ibu yang
bertubuh kecil, biasanya memiliki panggul yang kecil namun anak dalam
kandungannya biasanya juga kecil.
Dalam keadaan normal, bila
ketuban masih utuh dilatasi servik terjadi melalui tekanan hidrostatik pada
selaput ketuban atau bila sudah pecah, dilatasi servik terjadi akibat tekanan langsung
bagian terendah janin terhadap servik.
Pada kasus kesempitan
panggul dimana kepala janin masih berada diatas Pintu Atas Panggul, semua
tekanan hidrostatik disalurkan pada bagian selaput ketuban yang berada diatas
ostium uteri internum sehingga sering terjadi peristiwa Ketuban Pecah Dini-KPD
pada kasus kesempitan Pintu Atas Panggul.
Setelah ketuban pecah, tidak
adanya tekanan hidrostatik selaput ketuban pada servik dan Segmen Bawah Rahim
menyebabkan kontraksi uterus menjadi tidak efektif bagi jalannya persalinan.
Kesempitan Pintu Atas
Panggul merupakan predisposisi terjadinya kelainan presentasi.
Pada wanita dengan
kesempitan panggul, angka kejadian letak muka dan letak lintang meningkat 3 kali lipat dan angka
kejadian prolapsus talipusat meningkat 5 – 6 kali lipat.
- Kesempitan Pintu Tengah Panggul
Kejadian ini
lebih sering terjadi dibandingkan kesempitan Pintu Atas Panggul.
Kejadian ini sering
menyebabkan kejadian “deep tranverse
arrest” ( LETAK MALANG MELINTANG RENDAH ) pada perjalanan persalinan dengan
posisio occipitalis posterior ( sebuah gangguan putar paksi dalam akibat
kesempitan Bidang Tengah Panggul ).
Bidang obstetrik Bidang
Tengah Panggul terbentang dari tepi bawah simfisis pubis melalui spina
ischiadica dan mencapai sacrum didekat pertemuan antara vertebra sacralis 4 –
5.
Garis penghubung kedua spina
ischiadica membagi Bidang Tengah Panggul menjadi bagian anterior dan bagian
posterior. Batas anterior bagian anterior Bidang Tengah Panggul adalah tepi
bawah Simfisis Pubis dan batas lateralnya adalah rami ischiopubic. Batas dorsal
bagian posterior Bidang Tengah Panggul adalah sacrum dan batas lateralnya
adalah ligamentum sacrospinosum.
Kesempitan Bidang Tengah Panggul
tidak dapat dinyatakan secara tegas seperti halnya kesempitan PAP. Chen
dan Huang ( 1982).
Bidang Tengah Panggul diperkirakan mengalami kesempitan bila jumlah dari
Diameter Interspinous + Diameter Sagitalis Posterior ( normal 10.5cm + 5cm =
15.5 cm) kurang dari 13.5 cm. Dengan demikian maka Bidang Tengah Panggul diduga
mengalami penyempitan bila diameter interspinous. Dugaan klinik adanya
kesempitan Bidang Tengah Panggul adalah bila pada pemeriksaan panggul teraba
adanya penonjolan spina ischiadica yang menyolok.
- Kesempitan Pintu
Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukan merupakan bidang datar,
tetapi tersusun atas dasar dua bidang datar yang masing-masing berbentuk
segitiga yaitu bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua buah tubera ossis
ischii dengan ujung os sacrum dan segitiga lainnya yang alasnya juga garis
antara kedua buah tubera ossis ischii dengan bagian bawah simfisis. Pinggir
bawah simfisis berbentuk lengkung kebawah dan membentuk sudut (arcus pubis).
Dalam keadaan normal, besarnya sudut ini 90o atau lebih
sedikit.
Bila kurang sekali dari 90o maka kepala janin akan lebih
sulit dilahirkan karena memerlukan tempat lebih banyak ke dorsal. Jarak antara
kedua tubera ossis ischii adalah 10,5 cm.
Diameter anterior posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia
intertuberosum + 10.5 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 16.0 cm.
Bila jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut kurang, maka panggul tersebut kurang sesuai untuk proses persalinan pervaginam spontan.
Bila jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut kurang, maka panggul tersebut kurang sesuai untuk proses persalinan pervaginam spontan.
Distosia akibat kesempitan Pintu Bawah Panggul saja jarang terjadi
mengingat bahwa kesempitan PBP hampir selalu disertai dengan kesempitan Bidang
Tengah Panggul.
Berkurangnya nilai diameter intertuberosa menyebabkan sempitnya segitiga
anterior sehingga pada kala II, kepala terdorong lebih kearah posterior dengan
konskuensi pada persalinan terjadi robekan perineum yang luas.
B. Penanganan
·
Seksio sesarea
Seksio sesarea dapat
dilakukan secar elektif atau primer, yakni sebelum persalinan mulai atau pada
awal persalinan, dan secara sekunder, yakni sesudah persalinan berlangsung
selama beberapa waktu.
Seksio sesarea elektif
direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup bulan karena
kesempitan panggul yang cukup berat, Selain itu seksio tersebut diselenggarakan
pada kesempitan ringan apabila ada faktor-faktor lain yang
merupakan komplikasi, seperti primigrvida tua, kelainan letak janin yang tidak
dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami masa infertilitas yang
lama, penyakit jantung dan lain-lain.
Seksio sesarea sekundar
dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal, atau karena timbul indikasi
untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang syarat-syarat untuk
persalinan per vaginam tidak atau belum dipenuhi.
·
Persalinan
percobaan
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada
hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam
semua bidang dan hubungan antara kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai
kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginam
dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan
percobaan. Dengan demikian persalinan ini merupakan suatu test terhadap
kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk moulage kepala janin, kedua faktor ini tidak dapat
diketahui sebelum persalinan berlangsung selama beberapa waktu.Pemilihan kasus-kasus
untuk persalinan percobaan harus dilakukan dengan cermat, janin harus berada
dalam presentasi kepala dan tuanya kehamilan tidak lebih dari 42 minggu. Karena
kepala janin bertambah besar serta lebih sukar mengadakan moulage, dan
berhubung dengan kemungkinan adanya disfungsi plasenta, janin mungkin kurang
mampu mengatasi kesukaran yang dapat timbul pada persalinan percobaan. Perlu
disadari pula bahwa kesempitan panggul dalam satu bidang, seperti pada panggul
picak, lebih menguntungkan daripada kesempitan dalam beberapa bidang. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Pengawasan terhadap
keadaan ibu dan janin. Pada persalinan yang agak lama perlu
dijaga agar tidak terjadi dehidrasi dan asidosis.
- Pengawasan terhadap
turunnya kepala janin dalam rongga panggul. Karena kesempitan pada panggul
tidak jarang dapat menyebabkan gangguan pada pembukaan serviks.
- Menentukan berapa lama
partus percobaan dapat berlangsung
·
Simfisiotomi
Simfisotomi ialah tindakan
untuk memisahkan tulang panggul kiri dari tulang panggul kanan pada simfisis
agar rongga panggul menjadi lebih luas. Tindakan ini tidak banyak lagi
dilakukan karena terdesak oleh seksio sesarea. Satu-satunya indikasi ialah
apabila pada panggul sempit dengan janin masih hidup terdapat infeksi intrapartum
berat, sehingga seksio sesarea dianggap terlalu berbahaya.
·
Kraniotomi
Pada persalinan yang
dibiarkan berlarut-berlarut dan dengan janin sudah meninggal, sebaiknya
persalina diselesaikan dengan kraniotomi dan kranioklasi. Hanya jika panggul
demikian sempitnya sehingga janin tidak dapat dilahirkan dengan kraniotomi,
terpaksa dilakukan seksio sesarea.
DAFTAR PUSTAKA
- Prawirohardjo S dkk. 1986. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta
- Mochtar R. 1999. Sinopsis Obstetri, Edisi Kedua.
EGC: Jakarta
- Prawirohardjo S. 2002. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar