Senin, 27 April 2015

Waspada Benjolan Pada Leher

* TB Kelenjar *



TBC Kelenjar atau dalam bahasa kerennya Limfadenitis Tuberkulosis. Yang namanya TBC ternyata bukan hanya di paru-paru, ada bagian lain juga yang bisa terserang, bisa tulang, saluran pencernaan bahkan otak. Salah satunya pula adalah kelenjar yang tidak lain yaitu kelenjar getah bening. Tentu saja kelenjar getah bening yang punya mandat sebagai salah satu sistem kekebalan tubuh kita, jika terserang bakteri TBC ini akan sangat mengancam tubuh kita. Salah satu kelenjar getah bening yang banyak terserang adalah kelenjar yang ada di leher.

Gejalanya benjolan tiba-tiba ada dan semakin membesar. Kelenjar di leher membengkak bahkan menyebar ke bagian lainnya. Makin nambah deh bengkaknya. Ini terjadi karena adanya perdangan pada kelenjar getah bening akibat bakteri TBC itu. Tubuh mulai agak lemah, tidak kuat kecapean. Kalau cape kadang tiba-tiba sedikit demam n kelenjar di leher pun ikut-ikutan panas.
Bahayanya, kalau gak diobati tentu akan lebih mengganggu sistem kekebalan tubuh. Resikonya, bengkak akan semakin membesar dan membesar melebihi penyakit gondok. Kalau sudah begini tentu harus di operasi pengangkatan. Tapi bisa juga kelenjar itu malah pecah alias bucat... Yang keluar adalah nanah dan darah.
Pengobatannya, sebelum mulai pengobatan saya telah melalui beberapa tahap untuk mengetes positif atau tidaknya terkena TBC kelenjar. Tesnya itu tes darah, rontgen torak (paru-paru), biopsi dan dahak.
Untuk rontgen yang difoto adalah bagian paru-parunya, ini untuk melihat apakah ada pengaruh dari TBC paru-paru atau tidak. Tes biopsi adalah tes jaringan yang ada pada bagian yang bengkak. Caranya dengan mengambil sampel pada daerah tersebut. Waktu itu saya disuntik di lehernya sampe 2 kali. Tes ini untuk melihat positif atau tidaknya TBC kelenjar.
Jika positif, maka tes selanjutnya adalah tes dahak. Tes dahak dilakukan 3 kali, dahak yang diperiksa adalah dahak setiap bangun pagi 3 hari berturut-turut. Tes dahak ini untuk melihat apakah BTA nya ada atau tidak, melihat positif negatifnya. Artinya, kalau negatif berarti bakteri yang ada pada penderita tidak menular.
Pada saat pengobatan, terapi yang dilakukan adalah dengan meminum obat. Terapi ini sama seperti TBC paru-paru. Obat harus diminum minimal 6 bulan dan sangat tidak boleh terlewat dan jamnya harus selalu sama. Sekalinya terlewat maka pengobatan harus diulang. 

Golongan, pengobatan TBC ini ada golongan atau kategori-kategorinya. Untuk yang pertama kali disebut kategori 1. Jika pernah terlewat dan kemudian diulang, maka ia menjadi kategori 2. Jika diulang lagi, maka ia jadi kategori 3. Untuk yang kategori ini, mau tidak mau terapinya itu harus dengan obat suntik, setiap hari.
Pengobatan TBC bukan untuk menghilangkan bakteri pada bagian yang terserang. Pengobatan ini hanya mencegah pertumbuhan bakteri yang semakin parah. Bakteri TBC bersifat dormant. Suatu saat ia akan bangun lagi dan mulai tumbuh kembali.
Oleh karena itu, sangat harus menjaga kesehatan tubuh.
HATI-HATI TBC bisa menyebabkan kematian.....!!!

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK “A” USIA 1,5 TAHUN DENGAN GASTROENTERITIS DAN ISPA DI RUANG POLI ANAK DAN LAKTASI RSUD NGIMBANG LAMONGAN

ASUHAN KEBIDANAN
PADA ANAK “A” USIA 1,5 TAHUN DENGAN GASTROENTERITIS
DAN ISPA DI RUANG POLI ANAK DAN LAKTASI
RSUD NGIMBANG LAMONGAN
Tanggal 06 April – 18 April 2015












Disusun Oleh:

LIANATIL MUFIDA
12.10.1.149.0693


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
PRODI D - III KEBIDANAN
Jl. P. Diponegoro No. 17 Telp (0356) 321287 TUBAN
Tahun Akademik 2014 / 2015

LEMBAR PENGESAHAN

            Asuhan Kebidanan Pada Anak “A” Usia 1,5 tahun dengan Gastroenteritis dan ISPA di Ruang Poli Anak dan Laktasi RSUD Ngimbang Lamongan pada tanggal 06 April – 18 April 2015, telah disetujui dan disahkan oleh Pembimbing Praktek dan Pembimbing Akademik pada April 2015.



Mengetahui

Pembimbing Akademik
STIKES NU Tuban Prodi III Kebidanan




MUNTARI SKM., MM
NIK. 45110511

Kepala Ruangan Poli Anak dan Laktasi RSUD Ngimbang
Lamongan




ANISATUL WIDAD, Amd., Kep.
NIP. 198501022011012015







KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas saya dengan baik dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Anak “A” Usia 1,5 tahun dengan Gastroenteritis dan ISPA” di Ruang Poli Anak dan Laktasi RSUD Ngimbang Lamongan pada tanggal 06 – 18 April 2015.
Ucapan terima kasih tak lupa saya haturkan kepada:
1.      Bapak H. Miftakhul Munir SKM., M. Kes selaku Ketua STIKES NU Tuban Prodi DIII Kebidanan
2.      Bapak Dr. Taufiq Hidayat, selaku Direktur RSUD Ngimbang Lamongan yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melaksanakan praktek klinik.
3.      Ibu Anisatul Widad, Amd., Kep. selaku Kepala Ruangan Poli Anak dan Laktasi RSUD Ngimbang Lamongan.
4.      Ibu Muntari SKM., MM selaku pembimbing akademik STIKES NU Tuban Prodi D-III Kebidanan.
5.      Ibu Mertvina Brigita Amd. Keb. selaku koordinator praktek klinik
6.      Seluruh petugas ruang Poli Kandungan RSUD Ngimbang Lamongan yang telah memberikan bimbingan selama praktek.
7.      Kedua orang tua dan semua pihak yang telah mendukung dalam pembuatan laporan ini.
            Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Lamongan,   April 2015


             Penulis



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
BAB 1    PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2.   Tujuan ............................................................................................. 1
1.3.   Ruang Lingkup ............................................................................... 2
1.4.   Metode Penulisan ............................................................................ 2
1.5.   Pelaksanaan...................................................................................... 3
1.6.   Sistematika Penulisan ...................................................................... 3
BAB 2  LANDASAN TEORI
2.1  . Konsep Dasar Gastroenteritis ......................................................... 4
2.2... Konsep Dasar ISPA ........................................................................ 9
2.3 .. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney.......... 13
BAB 3    TINJAUAN KASUS
3.1. . Pengkajian ..................................................................................... 18
3.2. . Interpretasi Data ........................................................................... 21
3.3. . Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial................................ 22
3.4. . Tindakan Segera ............................................................................ 22
3.5   Intervensi....................................................................................... 22
3.6   Implementasi ................................................................................. 23
3.7   Evaluasi ......................................................................................... 25
BAB 4   PENUTUP
4.1 .. Kesimpulan ................................................................................... 26
4.2 .. Saran ............................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA

 BAB 1
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
               Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan hidup perkembangan dan peningkatan kualitas anak berperan penting sejak masa dini kehidupan, yaitu masa dalam kandungan, bayi dan balita. Kelangsungan hidup anak ditunjukan dengan angka kematian bayi dan angka kematian balita (Maryunani, 2010).
               Ditinjau dari hasil SDKI, maka angka kematian neonatal adalah 19 per 1000 kelahiran hidup, angka kematian bayi 34 per 1000 kelahiran hidup dan angkakematian balita 4 per 1000 kelahiran hidup.
               AKABA di Indonesia saat ini masih tingi, secara proposional mencapai 31 % Dari seluruh kematian penduduk Indonesia. ISPA dan diare merupakan salah satu penyebab angka kematian balita.
Untuk itu diperlukan kerja keras dalam upaya menurunkan angka kematian tersebut, termasuk diantaranya peningkatan keterampilan tenaga kesehatan dalam menangani balita sakit, utamanya bidan dan perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan (SDKI, 2007).

1.2         Tujuan
1.2.1  Tujuan Umum
                        Mahasiswa diharapkan mampu melaksanankan Asuhan kebidanan pada Anak “A” Usia 1,5 tahun dengan Gastroenteritis dan ISPA di Ruang Poli Anak dan Laktasi RSUD Ngimbang.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.    Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Anak “A” Usia 1,5 tahun dengan Gastroenteritis dan ISPA di Ruang Poli Anak dan Laktasi RSUD Ngimbang.
2.    Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah kebidanan pada Anak “A” Usia 1,5 tahun dengan Gastroenteritis dan ISPA di Ruang Poli Anak dan Laktasi RSUD Ngimbang.
3.    Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial yang mungkin dapat terjadi pada Anak “A” Usia 1,5 tahun dengan Gastroenteritis dan ISPA di Ruang Poli Anak dan Laktasi RSUD Ngimbang.
4.    Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera (kolaborasi) jika timbul diagnosa atau masalah potensial pada Anak “A” Usia 1,5 tahun dengan Gastroenteritis dan ISPA di Ruang Poli Anak dan Laktasi RSUD Ngimbang.
5.    Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan secara menyeluruh pada Anak “A” Usia 1,5 tahun dengan Gastroenteritis dan ISPA di Ruang Poli Anak dan Laktasi RSUD Ngimbang.
6.    Mahasiswa mampu melaksanakan seluruh rencana asuhan secara evisien dan aman pada Anak “A” Usia 1,5 tahun dengan Gastroenteritis dan ISPA di Ruang Poli Anak dan Laktasi RSUD Ngimbang.
7.    Mahasiswa mampu mengevaluasi seluruh asuhan yang telah diberikan pada Anak “A” Usia 1,5 tahun dengan Gastroenteritis dan ISPA di Ruang Poli Anak dan Laktasi RSUD Ngimbang, apakah berhasil atau tidak.

1.3         Ruang Lingkup
               Pada laporan ini hanya dibatasi khusus pada “Asuhan Kebidanan Pada Anak “A” Usia 1,5 tahun dengan Gastroenteritis dan ISPA di Ruang Poli Anak dan Laktasi RSUD Ngimbang.

1.4         Metode Penulisan
1.    Praktek Lapangan
Metode ini dibuat berdasarkan kasus yang ditemukan pada praktek lapangan tepatnya di Ruang Poli Anak dan Laktasi RSUD Ngimbang.



2.    Teknik Pengumpulan Data
a.    Wawancara atau Anamnesa
Data diambil dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan keluarga pasien.
b.    Observasi
Data peroleh mulai dari observasi TTV, teknik inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
3.    Tinjauan Pustaka
Data dibuat berdasarkan sumber buku yang ada dan disesuaikan dengan kasus lapangan.

1.5         Pelaksanaan
            Praktek lapangan dilaksanakan di Ruang Poli Anak dan Laktasi RSUD Ngimbang mulai tanggal 06 April – 18 April 2015.

1.6         Sistematika Penulisan
BAB I     : Berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, ruang lingkup, metode penulisan, pelaksanaan, sistematika penulisan.
BAB II     : Berisikan landasan teori yang terdiri dari konsep dasar masalah dan konsep dasar asuhan kebidanan menurut Helen Varney.
BAB III    : Berisikan tetang tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnosa atau masalah, diagnos potensial, tindakan segera, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
BAB IV     : Kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA

 BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1    Konsep Dasar Gastroenteritis
A.    Definisi
            Gastroenteritis atau diare adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) perhari dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 7 hari. Khusus pada balita yang mendapat ASI, biasanya buang air besar dengan frekuensi lebih sering, biasanya 5-6 kali per hari (Kemenkes RI, 2011).
            Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak biasanya. Dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat, 2006).
            Gastroenteritis adalah peradangan pada saluran pencernaan yang diakibatkan infeksi atau keracunan makanan.
B.     Etiologi
            Penyakit diare tidak hanya terdapat di negara-negara berkembang atau terbelakang saja, akan tetapi juga dijumpai di negara industri bahkan di negara yang sudah maju sekalipun, hanya saja di negara maju kejadian penyakit diare karena infeksi jauh lebih kecil (Soegijanto, 2002). Diare lebih sering ditemukan pada balita yang minum susu botol karena terkontaminasi. Dalam Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1 FK UI (1985), penyebab diare dapat dibagi menjadi beberapa faktor, yaitu:
1)   Faktor infeksi
a)    Infeksi anteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak balita.
(1)     Infeksi bakteri         : E. Coli, salmonella, shigella, dan lain-lain
(2)     Infeksi virus            : enteroovirus, rotavirus, astrovirus, dan lain-                           lain.
b)   Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti otitis media akut, bronkopneumoni, dan lain-lain.
2)   Faktor malabsorbsi
a)    Malabsorbsi karbohidrat
b)   Malabsorbsi lemak
c)    Malabsorbsi protein
3)   Faktor makanan : makanan yang basi, beracun, alergi terhadap makanan.
Makanan dan minuman yang basi dikarenakan perlakuan yang salah, misalnya susu yang sudah dibuka dari kemasan yang tidak segera diminum. Bila dalam udara terbuka, bakteri-bakteri akan berkerumun dalam susu dan membuatnya menjadi tidak aman untuk diminum. Begitu pula dengan susu bubuk yang dibuat, harus diusahakan meminumnya dengan saat keadaan masih hangat. Bila sudah dingin dapat diindikasikan susu itu akan basi.
4)   capture-20150319-064419.pngFaktor psikologis : rasa takut, tegang, dan cemas. Keadaan emosional tersebut bisa menjadi penyebab diare, meskipun jarag ditemukan kasusnya.












Gambar Bagan Penyebab Diare (Hidayat, 2009)

C.    Tanda dan Gejala
            Beberapa gejala penyakit diare dapat langsung dikenali atau dirasakan oleh penderita. Di antara gejala tersebut adalah:
1)   Buang air besar terus menerus disertai dengan rasa mulas yang berkepanjangan.
2)   Tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari
3)   Mengalami dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) mulut kering, menangis tanpa air mata, sedikit atau tidak buang air kecil sama sekali, mengantuk yang tidak biasa.
4)   Badan lesu atau lemah
5)   Sering muntah selama lebih dari tiga jam.
6)   Panas, suhu tubuh mencapai 38,9 derajat Celcius atau lebih tinggi.
7)   Tidak nafsu makan
(Satyanegara & Widjaja 2004)
D.    Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
1)  Gangguan osmotik
     Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebih akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2)  Gangguan sekresi
     Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3)  Gangguan motilitas usus
     Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula (Ngastiyah, 2009).

E.     Dampak Diare
Menurut Ngastiyah (2005), sebagai akibat diare akan terjadi :
1)  Kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis, hipokalemia, dan sebagainya).
2)  Gangguan gizi sebagai akibat asupan makanan kurang, dan pengeluaran bertambah.
3)  Hipoglikemia
4)  Gangguan sirkulasi darah
F.     Penatalaksanaan
Menurut Depkes RI (2003), cara terbaik untuk melakukan rehidrasi dan mencegah dehidrasi pada anak adalah memberikan oralit. Cairan intravena hanya diberikan pada keadaan dehidrasi berat. Satu-satunya jenis diare yang perlu diobati dengan antibiotik adalah dehidrasi berat pada kolera dan disentri. Jangan sekali-kali memberikan obat antidiare dan antimuntah pada anak dan bayi, karena obat tersebut tidak mengobati diare dan beberapa diantaranya berbahaya. Diantara obat tersebut ada yang dapat mengakibatkan lumpuhnya gerakan usus atau mengakibatkan anak tidur terus secara tidak normal.
1)   Rencana Terapi A : Penanganan Diare Di Rumah
Rencana Terapi A, yaitu untuk pengobatan diare tanpa dehidrasi. Ada aturan perawatan di rumah, yaitu:
a)    Bari cairan tambahan (sebanyak anak mau)
(1)     Jelaskan pada ibu
(a)      Pada bayi muda pemberian ASI merupakan cara pemberian cairan tambahan yang utama.
(b)     Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.
(c)      Jika anak memperoleh ASI eksklusif, berikan oralit atau air matang sebagai tambahan.
(d)     Jika anak tidak mendapatkan ASI eksklusif, berikan 1 atau lebih cairan berikut ini: oralit, larutan gula garam, cairan makanan (kuah, sayur) atau air matang.
     Larutan oralit harus dibuat dan digunakan pada hari yang sama, buang sisa oralit yang dibuat sehari sebelumnya.
(2)      Tunjukkan kepada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-hari.
Umur sampai 1 tahun  : 50-100 ml setiap kali berak
Umur 1-5 tahun           : 100-200 ml setiap kali berak
b)   Lanjutkan pemberian makan
Untuk anak diatas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg, jenis makanannya adalah makanan padat atau makanan cair/ susu sesuai dengan kebiasaan makan dirumah. Pada hari pertama setelah rehidrasi segera diberikan makanan seperti buah, biskuit, dan ASI tetap diteruskan dengan masih ditambahkan oralit (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI, 1985).
c)    Kapan harus kembali
2)   Rencana Terapi B : Penanganan Dehidrasi Ringan/Sedang Dengan Oralit
Berikan oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.
a)    Tentukan jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama
Umur
Sampai 4 bulan
4 – 12 bulan
12 – 24 bulan
2 – 5 tahun
BB
< 6 kg
6 - < 10 kg
10 - < 12 kg
12 – 19 kg
Dalam ml
200 – 400
400 – 700
700 – 900
900 – 1400

Digunakan umur hanya bila berat badan anak tidak dketahui. Jumlah oralit yang diperlukan (dalam ml) dapat dihitung dengan cara : berat badan (dalam kg) dikalikan 75.
b)   Setelah 3 jam
(1)      Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya
(2)      Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
(3)      Mulailah memberi makan jika anak berumur 6 bulan atau lebih, ketika masih diklinik
(4)      Jika bayi berumur kurang dari 6 bulan lanjutkan pemberian ASI selama anak mau.
3)   Rencana Terapi C : Penanganan Dehidrasi Berat Dengan Cepat
Rehidrasi dengan cairan intravena atau menggunakan pipa nasogastrik hanya diberikan pada anak dengan dehidrasi berat.

2.2  Konsep Dasar ISPA
A.    Definisi
            Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts, 1990).
            ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
B.     Etiologi
            Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
Berikut merupakan faktor pencetus ISPA, antara lain :



a.    Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
b.    Status imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.
c.    Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.
C.    Patofisiologis
            Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :
1.    Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2.    Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3.    Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul gejala demam dan batuk.
Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu :
·      Dapat sembuh sempurna.
·      Sembuh dengan atelektasis.
·      Menjadi kronis.
·      Meninggal akibat pneumonia.
                        Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.
                        Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi. Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.
                        Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).
D.    Manifestasi Klinis
·      Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas.
Pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60 kali per menit. Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts, 1990).
·      Demam
Pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5 - 40,5
·      Anorexia
Biasa terjadi pada semua bayi maupun anak yang mengalami sakit. Anak akan menjadi susah minum dan bahkan tidak mau minum.
·      Vomiting
Biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit.
·      Diare
Seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus.
·      Batuk
Merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
E.     Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
1.    Upaya pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
·      Menjaga keadaan gizi agar tetap baik
·      Immunisasi
·      Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
·      Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
2.    Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
·      Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
·      Meningkatkan makanan bergizi
·      Bila demam beri kompres dan banyak minum
·      Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih.
·      Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat
·       Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
3.    Pengobatan
a.    Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
b.    Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

2.3  Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Menurut Helen Varney
            Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah dalam bidang kebidanan, manajemen asuhan ini terdiri dari 7 langkah, yaitu:
         I.          Pengkajian data
Adalah pengumpulan data lengkap dan mempermudah seluruh data yang dibutuhkan untuk penilaian secara sempurna.
a)    Data Subjektif
1.    Identitas anak
·      Nama anak
Untuk memberi identitas agar mengenal dan agar anak tidak tertukar dengan anak lain.
·      Umur anak
Untuk mengetahui jumlah dosis obat yang diberikan pada anak.
·      Tanggal/Jam lahir
Untuk mengetahui umur anak
·      Jenis kelamin
Untuk membedakan dari anak lain, antara anak perempuan dan anak laki-laki.
2.    Identitas keluarga
·      Nama ibu/ayah
Untuk mengisi nama anak, sehingga dapat membedakan dengan anak yang lain
·      Umur
Untuk mengetahui apakah ada faktor resiko pada ibu atau tidak.


·      Pendidikan
Penting, karena berkenaan dengan motivasi yang diberikan petugas agar dapat diterima sesuai dengan tingkat pengetahuannya
·      Pekerjaan
Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi klien.
·      Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal anak
3.    Keluhan utama
Untuk mengetahui keluhan yang saat ini dirasakan oleh pasien sehingga mudah dalam memberikan asuhan dan menegakkan diagnosa.
4.    Riwayat persalinan
a.    Jenis persalinan         : spontan, Vacum ekstraksi, atau SC
b.    Ditolong oleh            : Bidan atau Dokter
c.    Lama persalinan        :
o  Kala I normal pada primi 12 jam, pada multi 8 jam.
o  Kala II normal pada primi < 2 jam, pada multi < 1 jam
d.   Ketuban pecah          : spontan saat inpartu, jernih, tidak bau, jumlah ± 1000-1500 cc
e.    Komplikasi persalinan
o  Ibu            : tidak ada komplikasi
o  Bayi          : tidak ada komplikasi
f.     Keadaan bayi baru lahir
oNilai APGAR       : 7 – 10
5.    Riwayat penyakit yang pernah diderita
Ibu tidak mempunyai penyakit menurun, menular, menahun. Contoh: DM, asma, TBC, hepatitis, jantung, hipertensi, dll.



6.    Riwayat penyakit keluarga
Keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit menurun, menular, menahun. Contoh: DM, asma, TBC, hepatitis, jantung, hipertensi, dll.
7.    Pola kebiasaan anak
Bagaimana pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktifitas, dan personal hygiene.
8.    Riwayat imunisasi
Anak usia 9 bulan, sudah mendapatkan imunisasi lengkap.
b)   Data Objektif
1.    Pemeriksaan umum
Keadaan umum  : baik
Suhu                               : 36,50C-37,50C
RR                                 : 40-60 kali per menit
HR                                 : 120-160 kali per menit
Berat badan                   : 2500-4000 gram
Panjang badan               : 48-52 cm
2.    Pemeriksaan fisik (Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi)
·      Kepala           : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada moulage,
·      Muka             : simetris, tidak pucat, warna merah muda, tidak ada ikterus, tidak ada oedema.
·      Mata              : bersih, simetris, conjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna putih.
·      Hidung          : tidak ada polip, bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung
·      Mulut            : bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis, tidak ada oral trush.
·      Telinga          : simetris, bersih, tidak ada serumen.
·      Leher             : tidak ada laserasi, tidak ada pembengkakan pada vena jugularis, kelenjar limfe, dan kelenjar tiroid
·      Dada             : bentuknya silindris, tidak ada tarikan dinding dada saat bernafas, tidak ada bunyi tambahan saat bernafas (ronki, stridor, weezing), respirasi 40 kali per menit
·      Abdomen      : bentuk silindris, tidak kembung.
·      Ekstrimitas    : simetris, akral hangat..
3.    Pemeriksaan penunjang
Untuk mengetahui hasil pemakaian laboratorium, hasil konsultasi data kehamilan dan persalinan sekarang sebagai data yang menunjang diagnose dan intervensi.
      II.          Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data – data yang telah di kumpulkan.
   III.          Diagnosa atau Masalah Potensial
Diagnosa Potensial      : Yang mungkin terjadi dalam diagnose dan dasar                                                       kita untuk mengetahui tingkat keparahan klien                                                            tersebut
Masalah Potensial        : Masalah yang timbul dan berhubungan dengan                                                         penyulit.
   IV.          Kebutuhan Segera atau Kolaborasi
Tindakan yang dilakukan segera mungkin terhadap klien agar masalah atau penyulit yang dihadapi dapat terselesaikan dengan baik dan tidak bisa ditangani bisa dilakukan kolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lain.
      V.          Intervensi
Menyusun rencana sistematis untuk memberikan pengobatan secara tepat, baik dan sesuai dengan kebutuhan.
   VI.          Implementasi
Pelaksanaan diagnose yang telah diterapkan sehingga petugas kesehatan memberikan pengobatan tepat, benar sesuai dengan kebutuhan.
VII.          Evaluasi
Kesimpulan dari semua data diatas yang telah dikaji ulang untuk mengetahui tindakan apa saja yang telah dilakukan dan diberikan kepada pasien.
Subjektif          : Hal- hal yang dikatakan oleh klien yang berhubungan                                               dengan kehamilan atau keluhan utama.
Obyektif          : Dari hasil pemeriksaan petugas meliputi: pemeriksaan                                               umum, obstetri, fisik, penunjang, dan khusus.
Asessment       : Pernyataan gangguan yang terjadi atas data subjektif dan                                         objektif
Planning          : Rencana tindakan yang akan diberikan pada pasien.
             
 BAB 3
TINJAUAN TEORI

I.          PENGKAJIAN DATA
Tanggal : 06 April 2015       Jam : 09.00 WIB          Oleh : Lianatil Mufida
A.      DATA SUBJEKTIF
1.    Identitas
Nama Anak                        : Anak “A”
Umur                      : 1,5 tahun
Jenis Kelamin         : Perempuan
Berat Badan           : 10 kg
Tinggi badan           : 94 cm
No Registrasi          : 102509


Nama Ibu                : Ny “H”
Umur                      : 26 Tahun
Suku/Bangsa           : Jawa / Indonesia
Agama                    : Islam
Pendidikan             : SMA
Pekerjaan                : IRT
Alamat                    : Ds. Talunrejo – Bluluk – Lamongan

Nama Ayah                        : Tn “T”
Umur                      : 30 Tahun
Suku/Bangsa           : Jawa / Indonesia
Agama                    : Islam
Pendidikan             : SMA
Pekerjaan                : Wiraswasta 
Alamat                    : Ds. Talunrejo – Bluluk – Lamongan

2.    Keluhan utama
Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek, dan BAB cair berlendir kecoklatan. Sehari BAB ± 7-8 kali.
      
3.    Riwayat Penyakit Kehamilan
·      Perdarahan                     : tidak ada
·      Pre eklamsi                     : tidak ada
·      Eklamsi                          : tidak ada
·      Penyakit kelamin           : tidak ada
·      Lain-lain                         : tidak ada

4.    Kebiasaan Waktu Hamil
·      Makanan
Ibu mengatakan selama hamil makan 3 kali sehari dengan porsi yang cukup dan menu yang bervariasi. Minum 7-8 gelas sehari dan kadang-kadang minum susu.
·      Obat-obatan/Jamu-jamuan
Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah mengkonsumsi jamu-jamuan, dan hanya meminum obat yang sudah diresepkan oleh bidan.
·      Merokok
Ibu mengatakan bahwa selama hamil dan sebelumnya tidak pernah merokok.
·      Lain-lain
Tidak ada

5.    Riwayat Persalinan Sekarang
a.         Jenis persalinan            : Spontan B
b.         Ditolong oleh              : Bidan
c.         Lama persalinan
Kala I              : 9 jam  33 menit
Kala II             : 1 jam  45 menit

d.        Komplikasi persalinan
Ibu                   : tidak ada
Janin                : tidak ada

6.    Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita Ibu
Ibu mengatakan bahwa ia tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit menular, menurun, menahun seperti TB, jantung, hepatitis, jantung, Diabetes Milletus, asma, HIV/AIDS, dll.

7.    Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular, menurun, menahun seperti TB, jantung, hepatitis, jantung, Diabetes Milletus, asma, HIV/AIDS, dll.

8.    Pola Kebiasaan
·      Nutrisi
Sebelum sakit     : Anak makan 2 kali sehari, menu bervariasi, minum                            PASI.
Selama sakit       : Anak makan 2 kali sehari tapi porsi lebih sedikit,                                           masih minum PASI.
·      Eliminasi
Sebelum sakit     : Anak BAB 1-2 kali sehari, BAK 6-8 kali sehari.
Selama sakit       : BAB lebih sering, konsistensi cair berlendir                                                   kecoklatan, BAK 2-4 kali sehari.
·      Istirahat
Sebelum sakit     : Anak tidur malam 8-10 jam, tidur siang 2-3 jam.
Selama sakit       : Istirahat anak terganggu karena batuk dan                                                     pileknya.
·      Personal hygiene
Sebelum sakit     : Anak mandi 2 kali sehari, ganti pakaian bila kotor                                         atau basah.
Selema sakit       : Anak hanya diseka 2 kali sehari, dan ganti pakaian                                       2 kali sehari.
·      Aktifitas
Sebelum sakit     : Aktif bermain dan tidak rewel.
Selama sakit       : Rewel, badan lemas, sering menangis dan aktifitas                                        terganggu.
       
9.    Riwayat Imunisasi
Anak “A” sudah mendapatkan imunisasi lengkap.

B.       DATA OBJEKTIF
1.    Pemeriksaan Umum
·      Keadaan umum  : Baik
·      Kesadaran          : Composmentis
·      Suhu                   : 35,80 C
·      Pernafasan         : 24 kali per menit
·      Nadi                   : 100 kali per menit
·      Berat badan       : 10 kg
·      Panjang badan   : 94 cm

2.    Pemeriksaan Fisik
·      Kepala
Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada rambut rontok.
·      Muka
Simetris, tidak pucat, tidak ada oedema.
·      Mata
Bersih, conjungtiva merah muda, sklera berwarna putih, tidak ada kelainan pada mata.
·      Hidung
Ada sumbatan, dan ada cairan yang keluar.
·      Mulut
Tidak pucat, tidak ada stomatitis, lidah bersih, gigi tidak ada caries.
·      Telinga
Simetris, bersih, tidak ada serumen.
·      Leher
Tidak ada pembengkakan pada vena jugularis, kelenjar limfe, dan kelenjar tiroid.
·      Dada
Bentuknya silindris, ada tarikan dinding dada saat bernafas, tidak ada suara tambahan seperti wheezing, stridor, ronki.
·      Abdomen
Tidak kembung, ada nyeri perut.
·      Ekstrimitas
Simetris, tidak ada odema, akral hangat.

3.    Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
-

II.          INTERPRETASI DATA
Diagnosa    : Anak “A” Usia 1,5 tahun dengan Gastroenteritis dan ISPA
DS              : Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek, dan BAB cair berlendir                                 kecoklatan. Sehari BAB ± 7-8 kali.
DO             :
·      Keadaan umum    : Baik
·      Kesadaran                        : Composmentis
·      Suhu                     : 35,80 C
·      Pernafasan            : 24 kali per menit
·      Nadi                     : 100 kali per menit
·      Berat badan          : 10 kg
·      Panjang badan      : 94 cm
·      BAB                     : cair
·      Pemfis:
       Hidung            : ada sumbatan, ada cairan yang keluar.
       Abdomen        : tidak kembung, ada nyeri perut.
       Ekstrimitas      : akral hangat.
III.          DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
      Gastroenteritis akut
      Syock dehidrasi
      Gangguan pola nafas
      Gangguan termoregulasi (hipertermi)
      Resiko kebutuhan nutrisi kurang

IV.          TINDAKAN SEGERA
      Penuhi kebutuhan cairan atau rehidrasi
      Kolaborasi dengan dokter spesialis anak

V.          INTERVENSI
Tanggal       : 06 April 2015                        Jam : 09.15 WIB
Tujuan        : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 24 jam                                             diharapkan anak mendapat terapi yang sesuai, dan tidak                                           menimbulkan komplikasi.
Kriteria       :
·      Keadaan umum baik
·      TTV dalam batas normal
·      BAB normal
·      Tidak ada tanda-tanda infeksi
No.
Intervensi
Rasional
1.

2.

3.



4.

5.


6.

Jalin komunikasi yang baik dengan ibu
Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
Observasi TTV dan keadaan umum anak


Lakukan rehidrasi

Kolaborasi dengan dokter spesialis anak

Beri HE tentang:
·      Jelaskan tentang diare dan ISPA
·      Nutrisi
·      Personal hygiene
·      Aktifitas
·      Anjurkan ibu untuk mengompres bila panas.
-    Agar ibu kooperatif dengan tenaga kesehatan.
-    Untuk mencegah terjadinya infeksi.
-    Untuk mengetahui keadaan anak saat ini, dan untuk mengetahui sedini mungkin tanda bahaya, sehingga dapat segera ditangani.
-    Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
-    Agar mendapatkan penanganan yang tepat.

VI.          IMPLEMENTASI
Tgl/Jam
Implementasi
TTD
06–04–‘15
09.20 WIB



09.30 WIB

09.35 WIB









09.50 WIB


10.10 WIB









10.20 WIB

























1.     Menjalin komunikasi yang baik dengan ibu agar ibu kooperatif dengan tenaga kesehatan, dengan cara menjelaskan keadaan dan hasil pemeriksaan anaknya bahwa anaknya baik-baik saja, tapi masih memerlukan penanganan yang lebih lanjut.
2.     Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan dengan cara 7 langkah cuci tangan untuk mencegah terjadinya infeksi.
3.     Melakukan observasi atau pemantauan tanda-tanda vital dan keadaan umum anak, hasilnya:
·      Keadaan umum : Baik
·      Kesadaran         : Composmentis
·      Suhu                  : 35,80 C
·      Pernafasan         : 24 kali per menit
·      Nadi                  : 100 kali per menit
·      Berat badan       : 10 kg
·      Panjang badan   : 94 cm
4.     Melakukan rehidrasi, dengan menganjurkan ibu untuk memberikan minum pada anak untuk menggantikan cairan yang keluar lewat BAB.
5.     Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak pada jam 09.20, dengan advice:
~        Cefila syrup 2 × 0,5 cc
~        L-Bio 2 × 1 sachet
~        CTM 3 ×  tab
~        Methylprednisolone 3 ×  tab
~        GG 3 ×  tab
~        Metronidazole 3 × 50 mg

6.    Memberikan HE tentang:
·      Menjelaskan tentang:
-       Gastroenteritis adalah peradangan pada saluran pencernaan yang diakibatkan infeksi atau keracunan makanan. Atau biasa disebut dengan diare. Penyebabnya adalah infeksi bakteri, ataupun virus yang masuk melalui feases manusia atau binatang, bisa juga melalui makanan, air, dan kontak dengan manusia.
Akibat dari diare sendiri adalah kehilangan cairan dan elektrolit, atau yang biasa disebut dengan dehidrasi. Dapat mengakibatkan gangguan asam basa, gangguan gizi, hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah.
-       ISPA adalah dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan.
Faktor pencetusnya adalah usia, status imunisasi, dan lingkungan.
·      Nutrisi
Menganjurkan pada ibu untuk memberikan makanan pada bayi sedikit demi sedikit.
·      Personal hygiene
Menjaga kebersihan badan, menyeka tiap pagi dan sore, membersihkan anak setiap selesai BAB dan BAK.
·      Aktifitas
Menganjurkan anak berbaring dulu ditempat tidur sampai keadaan membaik.
·      Mengompres anak bila panas, dengan menggunakan kain lembab diletakkan dikepala, dilipatan ketiak, dan lipatan tengkuk.





VII.          EVALUASI
Tanggal : 06 April 2015                 Jam : 10.30 WIB
S     : Ibu mengatakan sudah mengerti tentang keadaan anaknya, dan sudah                     faham tentang penjelasan yang diberikan bidan dan dokter.
O    :
·      Keadaan umum    : Baik
·      Kesadaran                        : Composmentis
·      Suhu                     : 35,80 C
·      Pernafasan            : 24 kali per menit
·      Nadi                     : 100 kali per menit
·      Berat badan          : 10 kg
·      Panjang badan      : 94 cm
·      BAB                     : cair
·      Pemfis:
      Hidung                        : ada sumbatan, ada cairan yang keluar.
      Abdomen        : tidak kembung, ada nyeri perut.
      Ekstrimitas      : akral hangat.
A    : Anak “A” Usia 1,5 tahun dengan Gastroenteritis dan ISPA
P     : -   Mengobservasi keadaan umum dan TTV anak
-       Kolaborasi dengan dokter spesialis anak, dengan advice:
~     Cefila syrup 2 × 0,5 cc
~     L-Bio 2 × 1 sachet
~     CTM 3 ×  tab
~     Methylprednisolone 3 ×  tab
~     GG 3 ×  tab
~     Metronidazole 3 × 50 mg


 BAB 4
      PENUTUP

A.      Kesimpulan
                 Semakin tinggi kemajuan teknologi yang telah dicapai semakin tinggi pula derajat kesehatan yang diperoleh sesuai dengan kemajuan zaman, timbul berbagai macam penyakit yang menyerang seluruh kehidupan tanpa mengenal tempat, waktu dan usia.
                 Oleh karena itu peran perawat sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah yang dihadapi pasien dengan memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan pasien, menjaga kebersihan lingkungan, perawat juga berkolaborasi dengan dokter dalam memberi terapi dan juga memberikan beberapa informasi yang penting.

B.       Saran
1.    Bagi Mahasiswa
·      Mampu beradaptasi terhadap lingkungan yang di tempati.
·      Mahasiswa lebih aktif dalam melakukan pelayanan.
·      Mahasiswa hendaknya berhati-hati dalam bertindak.
·      Mahasiswa mampu memberikan tindakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai dengan standart dan tata tertib dari lahan praktek yang di tempati.
·      Mahasiwa lebih tanggap terhadap adanya suatu kejadian atau masalah kesehatan yang membutuhkan adanya pelayanan atau tindakan segera.
2.    Bagi Institusi
                        Supaya lebih banyak memberikan bimbingan terhadap mahasiswa agar mahasiswa mampu mempraktikkan ilmu yang telah diperolehnya di kampus hingga ke lahan praktiknya masing-masing sehingga mampu memberikan pelayanan yang bermutu.




DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta: Media
            Aesculapius.
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Bagian II. Jakarta: EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Suriadi, Yuliana R. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi I. Jakarta: PT.      Fajar Interpratama
Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid 2. Jakarta: Salemba Medika
Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik: Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Sagung Seto